Mohon tunggu...
junior putro
junior putro Mohon Tunggu... Content Marketer, Music and Movie Reviewer

Menulis di kala santai. Berbagi info untuk sesama.

Selanjutnya

Tutup

Film

REVIEW : Superman dan Keberanian untuk Tampil Baik

28 Juli 2025   18:38 Diperbarui: 28 Juli 2025   18:38 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di satu momen, Lois bertanya pada Clark, "Kenapa kamu tetap percaya sama manusia?" Jawabannya nggak datang dalam bentuk kalimat panjang, tapi dalam diam yang panjang. Di sanalah kepercayaan itu terasa lebih nyata daripada seribu slogan pahlawan.

Visual film ini terang, berani, dan kadang nyeleneh. Metropolis seperti dilukis ulang oleh seseorang yang tumbuh besar dengan komik tahun 70-an, atau keseringan menonton The Incredibles. Rasanya jadi agak ngambang, antara nostalgia dan modernitas. Bahkan kostum Superman, yang dilengkapi kolor merah yang sempat dihapus, jadi terasa seperti ejekan lembut pada era kelam dan gritty.

Tapi jangan salah, ini bukan film superhero "lucu-lucuan". Justru di balik warna-warna terang itu, film ini menyimpan banyak kegelisahan. Tentang warisan, keluarga dan mencoba untuk tetap baik di dunia yang semakin nggak sabar dengan kebaikan.

Sayangnya, semakin film ini mendekati klimaks, semakin terasa bahwa James Gunn masih belum sepenuhnya bisa melepaskan kebiasaan lamanya: memasukkan terlalu banyak hal dalam satu frame. Kehadiran para pahlawan lain seperti Hawkgirl, Green Lantern, dan Mister Terrific kadang terasa lebih seperti tamu undangan dalam sebuah pesta.Mereka datang, melempar satu-dua punchline, lalu hilang sebelum kita sempat peduli. Bahkan Krypto si anjing super, meski mencuri beberapa adegan dengan kelucuannya, kadang terasa seperti jimat keberuntungan yang dipakai sedikit berlebihan.

Dan ketika kota mulai hancur, dimensi mulai pecah, dan monster interdimensional mulai berteriak tanpa sebab, saya mulai kehilangan sensasi yang saya rasakan di awal film. Semua menjadi terlalu besar, terlalu ribut, terlalu generik. Seperti pesta ulang tahun yang awalnya hangat tapi berubah jadi rebutan mikrofon karaoke. Nggak jelek sih, tapi bikin capek.

Untungnya, di antara semua keriuhan itu, Clark Kent tetap berdiri. Nggak berubah jadi Tuhan. Nggak juga jadi senjata. Dia hanya berdiri, menawarkan tangan,maaf, dan harapan.

Mungkin ini terdengar berlebihan, tapi ada saat di mana saya merasa: oh, ini yang dirindukan. Sosok yang nggak malu untuk peduli. Nggak takut terlihat lemah dan nggak sibuk jadi simbol. Sosok yang hadir untuk menjadi sahabat.

Itu sebabnya saya jadi memaafkan kekacauan di paruh akhir film ini. Memaafkan subplot negara fiktif yang terkesan nggak terlalu penting namun dianggap sebagai pernyataan sikap Gunn pada Palestina. Termasuk memaafkan lelucon yang kadang mengganggu tensi.

Karena saya percaya, Superman bukan tentang bagaimana dia terbang atau siapa musuhnya. Superman adalah bagaimana dia tetap diam di tempat saat dunia mengusirnya, dan tetap bilang, "Saya di sini kalau kamu butuh bantuan."

Superman (2025) bukan film terbaik tahun ini. Mungkin bahkan bukan film terbaik di antara reboot DC. At least, film ini menawarkan sesuatu yang jarang kita temukan: keberanian untuk menjadi lembut. Dan di dunia yang keras seperti sekarang, itu bisa terasa seperti superpower paling langka dari semuanya.

Skor: 8/10 dari saya. Superman nggak hanya kembali. Dia belajar menjadi manusia lagi dan mengajari kita untuk nggak takut jadi baik hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun