Hari pertama masuk sekolah adalah salah satu momen yang tak pernah lekang oleh waktu. Meski telah berlalu bertahun-tahun, kenangan itu tetap hidup dalam ingatan, membekas seperti coretan halus di dinding hati.Ada rasa gugup, takut, penasaran, sekaligus harapan yang menyatu menjadi satu dalam dada kecil seorang anak yang akan memulai perjalanan panjangnya di dunia pendidikan.
Aku masih ingat dengan jelas, pagi itu langit cerah, dan Ibu membangunkanku lebih pagi dari biasanya. Seragam putih-merah yang baru, sepatu mengilap, dan tas sekolah dengan gambar tokoh kartun kesukaanku membuatku merasa seperti pahlawan kecil yang akan pergi berpetualang.Â
Tapi di balik senyum itu, ada gemetar di ujung jemari sebab ini adalah pertama kalinya aku akan berpisah dari rumah dalam waktu yang cukup lama.
Sesampainya di sekolah, suasana ramai oleh tangis dan tawa anak-anak yang juga baru pertama kali mencicipi suasana bangku sekolah. Ada yang menangis minta pulang, ada yang bersembunyi di balik kaki ibunya, dan ada pula yang dengan berani langsung masuk ke dalam kelas.Â
Aku? Aku berdiri canggung di depan gerbang, memegang tangan Ibu erat-erat, takut ia meninggalkanku. Tapi kemudian, seorang guru dengan senyum hangat menyambut kami, memegang tanganku, dan mengajakku masuk ke kelas. Di situ aku merasa sedikit tenang, seolah dunia baru ini tidak seseram yang kubayangkan.
Di dalam kelas, aku duduk bersebelahan dengan anak baru yang kemudian menjadi sahabat pertamaku. Kami saling melirik malu-malu, lalu tersenyum.Â
Tidak butuh waktu lama, kami mulai bercerita tentang pensil, bekal makanan, hingga mainan yang kami bawa. Dan yang paling serunya ada salah satu teman kami yang sedang kencing celana karena takut takut masuk di dalam kelas.Â
Suasana kelas mulai hidup. Guru kami memperkenalkan diri, mengajak bernyanyi, dan menceritakan dongeng yang membuat kami terdiam, terpukau, dan sesekali tertawa.Â
Saat itu, aku sadar, sekolah adalah tempat yang menyenangkan, tempat yang akan mengajariku tentang huruf, angka, kehidupan, dan juga tentang pertemanan.
Sore hari ketika bel pulang berbunyi, aku menoleh ke arah gerbang dan melihat Ibu duduk di bangku dan melambai sambil tersenyum. Tidak ada lagi air mata, tidak ada lagi rasa takut.Â