Dalam pelaksanaannya pun Allah tunjukan keberkahannya dengan memberikan kemudahan, serta keringanan bagi mereka yang tidak dalam kategori siap secara jasmaninya. Yang bepergian jauh boleh berbuka, yang hamil, wanita menyusui orang tua renta juga boleh berbuka, namun harus membayarnya dengan berpuasa dikemudian hari atau bagi mereka yang benar-benar tidak mampu berpuasa diberikan kesempatan berupa pilihan untuk membayar fidiyah.
Seperti penulis singgung di awal, dalam memenuhi nutrisi ruhani, kebutuhan jasmani manusia harus juga terpenuhi, sebab tubuh atau jasad manusia adalah alat untuk menjalankan segala bentuk ibadah kepada Allah, seperti shalat, berpuasa dan sebagainya. Sehingga menjaga kesehatan dalam Islam sangat dianjurkan. Berjalannya suatu ibadah dengan baik tentu membutuhkan kondisi tubuh yang prima. Â
Dengan begitu pemenuhan nutrisi bagi jasmani dan ruhani haruslah dilakukan dengan baik dan bijak. Apa yang menjadi haknya jasmani tunaikan dan apa yang tidak perlu apalagi bersifat membahayakan jasad segera untuk dijauhkan. Seperti menafkahi keluarga dengan cara yang haram, yakni dengan tindakan dapat merugikan orang lain seperti judi, korupsi dan lainnya.
Begitupun secara  ruhani, Allah juga tidak menyukai orang yang beribadah semalam suntuk, sehingga mengabaikan waktu istirahatnya begitu saja. Lagipula Allah juga tidak senang melihat umatnya dalam menjalankan ibadah seperti puasa dan ibadah lainnya dalam keadaan terpaksa atau merasa terzhalimi, sebagaimana tergambar di atas bagi yang tidak mampu atau berhalangan karena kondisi kesehatan boleh dilaksanakan di kesempatan lain atau dengan membayar fidiyah
Jika jasmani sebagaimana telah diuraikan di atas meliputi aspek dimensi fisik, fsikologis dan sosial, maka ruhani atau ruh merujuk pada aspek yang begitu jauh dan dalam, seperti penulis singgung di awal, yakni terkait bagaimana hubungan manusia terhadap Tuhannya, juga tentang keyakinan akan pencipta serta pencarian makna dan nilai-nilai kehidupan. Ujung dari pada nilai-nilai ruhani tersebut akan mempengaruhi sisi kemanusiannya dalam beretika dan beradab pada bagaimana cara mereka dalam menjalani tantangan kehidupan.
Maka dalam pemenuhan kebutuhan jasmani dan ruhani ini haruslah dilakukan dengan seimbang juga adil. Tidak berat sebelah. Itu berarti, pentingnya dalam pemenuhan nutrisi bagi kedua unsur tersebut haruslah selalu dibina, agar ibadah yang merupakan sarana komunikasi ke pada Allah, juga kebutuhan jasmani yang merupakan media untuk menjalankan ibadah-ibadah tersebut tetap terpenuhi dengan seimbang, menurut M. Qurrish Shihab "ketika pandangan ke arah langit kaki tetap berpijak pada bumi".
Kembali melihat bagaimana keberkahan yang ada pada bulan Ramadhan ini, sudah sepatutnya sebagai umat Muslim untuk menjadikan bulan ini sebagai madrasah ruhaniah, sebab bulan ramadhan ini tempatnya umat Muslim mengasah keimanan, ketakwaan dengan beramal shalih sehingga keberkahan bulan ini tidak hanya sebatas diketahui saja tetapi juga dapat merasakan dan mendapatinya.
Sebagaimana yang telah dimafhumi bahwa pada bulan ramadhan itu pintu surga akan dibuka selebarnya dan pintu neraka ditutup serarapatnya, namun kita berleha dengan santainya tidak menjalankan amal shalih dengan sebaik-baiknya, kitapun mengetahui syaithan pada bulan ini dibelenggu tetapi kita mengabaikan kesempatanya dengan bermalas-malasan. Selain dari itu bulan ini juga sangat baik bagi umat Muslim dalam mencapai derajat muttaqin dengan cara meninggkatkan rasa kesabaran dan menumbuhkan sikap kejujuran serta keikhlasan.
Dengan demikian bulan ramadhan ini adalah bulan yang sangat baik untuk pemenuhan nutrisi bagi ruhani, dengan menahan segala amarah dan nafsu serta menjalankan berbagai ibadah terutama pada akhir bulan ramadhan, baik itu yang hukumnya sunnah seperti membaca al-Quran beriktikaf, berzikir maupun yang wajib seperti berpuasa, membayar zakat dan mendirikan shalat.
Kemudian pasca ramadhan tiba, janganlah sampai yang tadinya begitu rajin dalam beribadah, mantap dalam menahan amarah dan nafsunya, seketika kembali pada awal bagaimana keadaan mereka sebelum memasuki bulan ramadhan itu. Entah apa yang membekas di hatinya. Sepatutnya bulan ramadhan yang dimaknai sebagai bulan madrasah ini dapat memberikan pelajaran penting tentang nilai-nilai ketuhanan dan ketakwaan yang dapat memupuk nilai ruhani dan jasmaninya.
Agar amal ibadah yang telah dilakukan selama bulan ramadhan itu benar-benar membekas bahkan tetap terjaga pada bulan selanjutnya, haruslah dijalankan dengan istiqamah. Betul istiqamah ini bukanlah perkara muda, butuh perjuangan dan kesabaan yang begitu exstra. Akan tetapi bagi siapa saja yang dapat melakukanya dengan ikhlas tentu saja akan mendapatkan berbagai keutamaan-keutamaan, seperti dilapangkan rezekinya, diberikan rasa aman dan diangkat kesedihanya serta dijamin surga oleh Allah swt.