Manusia dibentuk oleh dua unsur yang sangat vital, kedua unsur tersebut memiliki hubungan yang sangat erat sehingga ia tidak dapat dipisahkan. Bahkan tubuh manusia akan mengalami gangguan kejiwaan jika salah satu di antara dua unsur tersebut dalam pemenuhan nutrisinya tidak dilakukan dengan seimbang.
Tubuh manusia terdiri dari unsur basyariah yakni jasmani atau jasad fisik dan unsur ilahiyah yakni ruhani atau spiritual. Jasmani adalah bagian tubuh yang nampak pada setiap diri manusia lagi dapat dirasakan dan diamati secara empiris. Sedangkan ruh tidak terlihat, ia bersifat abstrak juga tidak diketahui bagaimana rupa bentuknya, namun ia ada dan bersemayan dalam setiap tubuh manusia pada waktu yang dibatasi.
Pentingnya kehadiran ruh ini bagi jasad ia dapat membuat manusia untuk saling berinteraksi, bersosial, bekerja dan saling membantu sesama, intinya dapat bergerak. Namun ketika waktu ajal itu tiba ruh tidak segan akan meninggalkan jasad, seketika jasad yang semula nampak sempurna itu akan menjadi kaku, mulutpun sekita membisu. Maka inti dari jasad adalah ruh.
Walaupun inti dari jasad itu adalah ruh, namun tidak serta merta dalam pemenuhan nutrisinya harus lebih dominan dari pada pemenuhan nustrisi pada jasad. Hal ini sering kali kita temukan pada mereka yang menampakkan sisi keshalihannya sehingga menafihkan sisi basyar yang seharusnya terpenuhinya kebutuhan jasadnya seperti makan, olahraga, beristirahat dengan cukup, kawin, mencari harta, jabatan dan sebagainya.
Terkadang juga sebaliknya, dalam pemenuhan nutrisi bagi jasmani, manusia sering kali cenderung mengabaikan dimensi rohani yang mencerminkan aspek spiritual, emosional, dan intelektualnya. Seakan-akan bagian yang tidak terlihat ini bagi sebagian manusia beriman (islam) dianggap tidak memiliki peranan penting, bahkan dianggap sebagai penghalang dalam pemenuhan nutrisi jasmaninya.
Memang ruh adalah bagian yang menghubungkan manusia dengan penciptanya, betul ia sangat erat, bahkan sangat edintik. Dengan ruhlah manusia memiliki rasa kasih sayang, ingin berbagi, memiliki kepedulian yang tinggi, bertangung jawab, juga bagaimana dalam mengendalikan nafsu fisik. Sebab ruh adalah bagian moral dan spiritual manusia yang tidak ada pada makhluk lain. Bukan berarti menihilkan sisi makhluk basyarnya, seperti anggapan sebagian orang beriman yang enggan berumah tangga dikahwatirkan akan mempengaruhi sisi ruhaninya.
Orang yang shalih itu tidak hanya tergambar lagi terlihat dengan shalat dan puasanya saja, tetapi orang yang sisi ruhaninya terpenuhi akan kebutuhan nutrisinya itu, tidak hanya mendirikan ibadah shalat namun bagaimana nilai spiritual itu tercermin seperti bersikap, bertutur kata dan berprilaku. Baik sikapnya kepada sesama manusia maupun kepada sesama makhluk lain. Seringkali kita menjumpai orang yang taat beribadah namun seringkali juga lidahnya begitu mudah melukai perasaan orang lain.
Menurut Diah manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dengan keistimewaan yang membedakannya dari makhluk lain, seperti malaikat, jin dan hewan. Keistimewaan ini terletak pada keberadaan manusia sebagai entitas multidimensi yang mencakup jasmani dan rohani. (Diah, Thesis, Hakikat Manusia dan Lingkungan dalam Perspektif Ekologi Islam. 2008)
Kesempurnaan ini ditandai dengan diberikannya akal oleh Allah swt untuk dapat beribadah dengan kesadaran dan kemauannya sendiri, bukan seperti malaikat yang tidak diberikan pilihan, tidak juga seperti hewan yang hanya mengetahui makan dan tidur menurut instingnya saja. Kelebihan yang ada pada manusia bertujuan agar kita tetap pada jalan syari'at yang Allah telah tentukan, sehingga kita sebagai manusia tidak bersifat kebinatangan dalam menjalani kehidupan.
Nah dalam memenuhi nutrisi rohani ini. Bulan ramadhan dapat dijadikan solusi alternatif. Bulan yang penuh berkah dan rahmat ini hanya satu-satunya dalam satu tahun Hijriah. Namun bulan ini bagi umat Muslim begitu spesial dari bulan-bulan Hijriah yang ada. Selain bulan ini dapat memberikan kebahagian dan ketenangan karena di dalamnya terdapat ampunan Allah swt, selain itu juga setiap amal kebaikan yang dilakukan di dalamnya akan dilipatgandakan.
Keberkahan bulan Ramadhan ini memang begitu sangat terasa, yang mana siangnya diperintahkan untuk berpuasa, seharusnya tidak hannya untuk menahan rasa lapar dan dahaga, juga menahan nafsu diri dari tindakan yang berlebihan dan melawan syari'at. Terkait pengendalian diri ini juga tidak hanya ketika menjalankan puasa saja. Kemudian pada waktu malamnya, yang sebelumnya tidak terbiasa dengan shalat sunnah kemudian jauh lebih bersemangat menghidupkan ibadah sunnah qiyamul lailnya, seperti shalat sunnat tarawih, hajat, tahajjud dan tadarus al-Qur'an.
Dalam pelaksanaannya pun Allah tunjukan keberkahannya dengan memberikan kemudahan, serta keringanan bagi mereka yang tidak dalam kategori siap secara jasmaninya. Yang bepergian jauh boleh berbuka, yang hamil, wanita menyusui orang tua renta juga boleh berbuka, namun harus membayarnya dengan berpuasa dikemudian hari atau bagi mereka yang benar-benar tidak mampu berpuasa diberikan kesempatan berupa pilihan untuk membayar fidiyah.
Seperti penulis singgung di awal, dalam memenuhi nutrisi ruhani, kebutuhan jasmani manusia harus juga terpenuhi, sebab tubuh atau jasad manusia adalah alat untuk menjalankan segala bentuk ibadah kepada Allah, seperti shalat, berpuasa dan sebagainya. Sehingga menjaga kesehatan dalam Islam sangat dianjurkan. Berjalannya suatu ibadah dengan baik tentu membutuhkan kondisi tubuh yang prima. Â
Dengan begitu pemenuhan nutrisi bagi jasmani dan ruhani haruslah dilakukan dengan baik dan bijak. Apa yang menjadi haknya jasmani tunaikan dan apa yang tidak perlu apalagi bersifat membahayakan jasad segera untuk dijauhkan. Seperti menafkahi keluarga dengan cara yang haram, yakni dengan tindakan dapat merugikan orang lain seperti judi, korupsi dan lainnya.
Begitupun secara  ruhani, Allah juga tidak menyukai orang yang beribadah semalam suntuk, sehingga mengabaikan waktu istirahatnya begitu saja. Lagipula Allah juga tidak senang melihat umatnya dalam menjalankan ibadah seperti puasa dan ibadah lainnya dalam keadaan terpaksa atau merasa terzhalimi, sebagaimana tergambar di atas bagi yang tidak mampu atau berhalangan karena kondisi kesehatan boleh dilaksanakan di kesempatan lain atau dengan membayar fidiyah
Jika jasmani sebagaimana telah diuraikan di atas meliputi aspek dimensi fisik, fsikologis dan sosial, maka ruhani atau ruh merujuk pada aspek yang begitu jauh dan dalam, seperti penulis singgung di awal, yakni terkait bagaimana hubungan manusia terhadap Tuhannya, juga tentang keyakinan akan pencipta serta pencarian makna dan nilai-nilai kehidupan. Ujung dari pada nilai-nilai ruhani tersebut akan mempengaruhi sisi kemanusiannya dalam beretika dan beradab pada bagaimana cara mereka dalam menjalani tantangan kehidupan.
Maka dalam pemenuhan kebutuhan jasmani dan ruhani ini haruslah dilakukan dengan seimbang juga adil. Tidak berat sebelah. Itu berarti, pentingnya dalam pemenuhan nutrisi bagi kedua unsur tersebut haruslah selalu dibina, agar ibadah yang merupakan sarana komunikasi ke pada Allah, juga kebutuhan jasmani yang merupakan media untuk menjalankan ibadah-ibadah tersebut tetap terpenuhi dengan seimbang, menurut M. Qurrish Shihab "ketika pandangan ke arah langit kaki tetap berpijak pada bumi".
Kembali melihat bagaimana keberkahan yang ada pada bulan Ramadhan ini, sudah sepatutnya sebagai umat Muslim untuk menjadikan bulan ini sebagai madrasah ruhaniah, sebab bulan ramadhan ini tempatnya umat Muslim mengasah keimanan, ketakwaan dengan beramal shalih sehingga keberkahan bulan ini tidak hanya sebatas diketahui saja tetapi juga dapat merasakan dan mendapatinya.
Sebagaimana yang telah dimafhumi bahwa pada bulan ramadhan itu pintu surga akan dibuka selebarnya dan pintu neraka ditutup serarapatnya, namun kita berleha dengan santainya tidak menjalankan amal shalih dengan sebaik-baiknya, kitapun mengetahui syaithan pada bulan ini dibelenggu tetapi kita mengabaikan kesempatanya dengan bermalas-malasan. Selain dari itu bulan ini juga sangat baik bagi umat Muslim dalam mencapai derajat muttaqin dengan cara meninggkatkan rasa kesabaran dan menumbuhkan sikap kejujuran serta keikhlasan.
Dengan demikian bulan ramadhan ini adalah bulan yang sangat baik untuk pemenuhan nutrisi bagi ruhani, dengan menahan segala amarah dan nafsu serta menjalankan berbagai ibadah terutama pada akhir bulan ramadhan, baik itu yang hukumnya sunnah seperti membaca al-Quran beriktikaf, berzikir maupun yang wajib seperti berpuasa, membayar zakat dan mendirikan shalat.
Kemudian pasca ramadhan tiba, janganlah sampai yang tadinya begitu rajin dalam beribadah, mantap dalam menahan amarah dan nafsunya, seketika kembali pada awal bagaimana keadaan mereka sebelum memasuki bulan ramadhan itu. Entah apa yang membekas di hatinya. Sepatutnya bulan ramadhan yang dimaknai sebagai bulan madrasah ini dapat memberikan pelajaran penting tentang nilai-nilai ketuhanan dan ketakwaan yang dapat memupuk nilai ruhani dan jasmaninya.
Agar amal ibadah yang telah dilakukan selama bulan ramadhan itu benar-benar membekas bahkan tetap terjaga pada bulan selanjutnya, haruslah dijalankan dengan istiqamah. Betul istiqamah ini bukanlah perkara muda, butuh perjuangan dan kesabaan yang begitu exstra. Akan tetapi bagi siapa saja yang dapat melakukanya dengan ikhlas tentu saja akan mendapatkan berbagai keutamaan-keutamaan, seperti dilapangkan rezekinya, diberikan rasa aman dan diangkat kesedihanya serta dijamin surga oleh Allah swt.
Dalam menjalankan berbagai ibadah yang ada itu, seharusnya tidak usah terlalu muluk-muluk namun tetap kontinu. Sebagaimana umat muslim telah ketahui dalam sabda Nabi yang diriwayatkan Bukhari dan muslim bahwa Allah sangat menyukai amal kebaikan yang ditunaikan secara rutin walaunpun perbuatan amal yang istiqamah itu biasa saja, kecil atau dianggap sepele. Sebab amal shalih yang sedikit namun tetap dilakukan dengan istiqamah jauh lebih baik ketimbang banyak tetapi dilakukan sesaat.
 Sehingga pasca ramadhan yang akan datang, puasa dalam arti menahan nafsu dan amarah dan semua ibadah yang telah dilaksanakan dengan sangat baik itu tidak lepas begitu saja, bahkan seharusnya tetap berlanjut sampai berjumpa kembali pada bulan ramadhan yang akan datang dan tetap dalam keadaan fithri. Wa Allahu A'lam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI