Risiko tidak nyaman punya rumah dekat  dengan  Jalan Raya, maklum rumah saya kurang lebih 100 meter dari Jalan Parangtritis. Begitu ada peristiwa kecelakaan lalu lintas suaranya terkadang terdengar sampai ke rumah. Atau ketika ada konvoi motor gede suaranya pun melegar "mrebeki kuping" (memecah gendang telinga). Atau ketika musim kampanye dari suatu partai yang menggelar rapat akbar atau memperingati hari lahir partai tertentu, suara sepeda motor blombongan yang di "bleyer -- blenyer" kan  dari para simpatisan partai tertentu sangat menganggu gendang telinga.
Atau suara konvoi komunitas RX King yang memadati Jalan Parangtritis  pada saat ada event temu darat di Gabusan atau di Pantai Parangtritis. Tak  terkecuali bunyi  sirine ambulance yang datang dan pergi menyusuri Jalan Parangtritis. Seperti yang terjadi pada tahun 2006, saat terjadi bencana Gempa Bumi, bunyi sirine setiap detik, setiap menit, setiap jamnya datang silih berganti bunyi sirine ambulance yang membawa orang sakit, orang sedang kritis ataupun  orang yang sudah meninggal dunia.
Akhir -- akhir ini, di saat pandemi Covid -19 meroket angkanya,  kembali terdengar setiap menit, setiap detik dan setiap jamnya,  bunyi sirine mobil ambulance yang  lalu lalang datang dan pergi, pagi dan siang laju mobil ambulance yang membawa pasien yang terinfeksi positif Covid - 19 menuju Rumah Sakit Khusus Covid -- 19  di Wilayah Kabupaten Bantul yang datang silih berganti di Jalan Parangtritis.Â
Benar -- benar mencekam situasi dan kondisi saat ini, Â ketika mendengar bunyi sirine mobil ambulance yang memadati Jalan Parangtritis silih berganti datang dan pergi dalam waktu berdekatan seperti yang terjadi pada tahun 2006, ketika terjadi peristiwa Gempa Bumi yang meluluhlantahkan Kabupaten Bantul.Â
Sebentar -- sebentar terdengar : "wiw ... wiw.... wiw...." sebentar -- sebentar terdengar lagi : "wiw.... wiw....wiw..." datang dan pergi, silih berganti dari arah utara dan dari arah selatan seakan berkejar -- kejaran satu sama lain, sehingga membuat suasana mencekam bagi yang mendengarnya. Fonemana ini bisa  pastikan karena lonjakan pasien positif Covid -19  yang semakin melambung tinggi seakan tak terbendung lagi.
Bermacam -- macam mobil ambulance yang bolak balik di Jalan Parangtritis, tak terhitung jumlahnya dan berasal dari instansi mana saja, seperti dari Rumah Sakit Umum Daerah atau Rumah Sakit Umum Swasta, dari Puskesmas, dari PMI, dari bantuan partai tertentu, dari ormas tertentu dan lain sebagainya, memadati Jalan Parangtritis.
Obrolan semua tetangga kampung saya pun ramai terakait  fenomena bunyi sirine ambulance yang datang dan pergi, wira -- wiri di Jalan Parangtritis. Apalagi kalau membaca  update data infografis tentang sebaran pasien positif Covid -- 19 yang diupload Panggungharjo Tanggap Covid -19  (PTC -19) dan dipublish di web desa  oleh Pengelola Sistem Informasi Desa (PSID) dan telah disebarluaskan oleh PTC-19 tingkat Padukuhan dan tingkat RT.
Sudah dapat dipastikan bahwa yang diangkut oleh mobil ambulance baru -- baru ini, yang datang dan pergi, wira- wiri, silih berganti di Jalan Parangtritis adalah pasien positif Covid -19 yang akan di pindahkan ke Shelter Kabupaten atau Rumah Sakit Khusus menampung pasien positif Covid -- 19 atau bisa jadi mobil ambulance membawa jenazah pasien Covid -19 yang tidak tertolong lagi alias sudah meninggal dunia dan akan segera dimakamkan  sesuai dengan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Lonjakan tingginya angka pasien yang positif Covid -19 ini, diduga disebabkan oleh varian baru Delta -- yang penyabarannya sangat cepat sampai ke Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah dan juga Daerah istimewa Yogyakarta. Jadi wajar saja, jika baru -- baru ini muncul fenomena seringnya terdengar bunyi sirine dari mobil ambulance : "Wiw...Wiw... Wiw..." yang menggema di angkasa sepanjang  Jalan Parangtritis.
JUNAEDI, S.E., Tim Media Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID).