Mohon tunggu...
Junaedi SE
Junaedi SE Mohon Tunggu... Wiraswasta - Crew Yayasan Sanggar Inovasi Desa (YSID)

Penulis Lepas, suka kelepasan, humoris, baik hati dan tidak sombong.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Suka Kesal Sama EO Lomba Menulis yang Tak Jujur

6 Juli 2021   12:20 Diperbarui: 6 Juli 2021   12:55 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sebagai seorang penulis ada satu hal yang membuat saya kesal pada event organizer (EO) lomba menulis yang cenderung tidak menghargai keberadaan seorang penulis beserta karyanya. Maklum saja, sebagai penulis pemula saya masih butuh jam terbang yang tinggi untuk meningkatkan kualitas tulisan saya supaya bisa seperti penulis-penulis lainnya syukur-syukur bisa mengikuti jejak novelis Tere Liye atau Fiersa Besari.

Beberapa pelatihan jurnalisme pun saya ikuti. Dari yang offline sampai yang online pernah saya ikuti. Saya mencoba istikomah menulis terus dari tema yang receh, sampai pada tema yang menurut saya serius lengkap dengan data dan  analisa pun pernah saya tulis. Pokokonya tiada hari tanpa menulis. Sesekali juga minta masukan terkait tulisan saya yang sudah saya endapkan beberapa hari kepada para senior yang lebih dulu telah eksis menulis. Tidak puas dengan itu masih saya tambah dengan membaca buku tips menulis tulisan supaya dapat menembus media mainstream.

Saya sering juga kunjungi pranala E-book tentang wawasan  sastra beserta contoh karya sastra dari beberapa penulis terkenal di Indonesia.  Serasa masih kurang lengkap untuk mengetes kemampuan saya dalam merangkai kata-kata, saya mulai memberanikan diri untuk ikut berpartisipasi mengikuti event  lomba menulis. Lomba-lomba menulis esai atau cepen menjadi pilihan saya. Mulailah mencari informasi tentang lomba menulis esai atau cerpen yang ditawarkan beberapa panitia lomba atau EO.

Tentu saja pilihan saya  jatuh pada lomba menulis yang tanpa mengeluarkan biaya alias gratis. Setelah saya browsing di mesin pencari di internet ternyata banyak saya temukan EO yang menyelenggarakan event lomba menulis yang akan di bukukan oleh penerbit buku yang ber-ISBN.  Dalam konten poster yang sering ditawarkan  oleh EO, biasanya  dituliskan dalam link bio akun media sosial instrgram dicantumkan semua karya di bukukan di buku ber-ISBN. Tema Bebas. Semua peserta mendapat E-Sertifikat. Dan yang lebih menarik lagi adalah pemilihan diksi gratis.

Dengan persyaratan follow instagram event organizer tersebut serta share poster tentang informasi lomba tersebut melaui akun media sosial yang dimiliki oleh calon peserta seperti whatsapp (WA), instagram (IG), facebook (FB) dan twitter. Siapa sih yang tidak tertarik dengan informasi seperti itu yang mencoba ditawarkan oleh EO tersebut, termasuk saya. Dengan niat yang agak nekat saya  memberanikan diri  seraya  mulai  menghubungi kontak person EO yang dicantumkan dalam poster.

Pihak  EO menidaklanjuti dengan mengirimi  template tentang rule/aturan main lomba,  mulai dari tata cara mendaftar, batas akhir pendaftaran, batas akhir pengiriman naskah sampai pada teknis aturan penulisan naskah. Selanjutnya saya fokus menulis naskah cerpen yang akan saya ikutkan dalam lomba menulis cerpen tersebut. Tema yang saya pilih adalah  sosial-budaya. Saya baca berulang-ulang tentang aturan penulisan naskah cerpen. Selesai membaca aturan saya lanjutkan dengan menulis sampai selesai.

Kemudian, saya baca ulang tulisan saya sebagai editing naskah sebelum saya kirimkan. Saya minta bantuan teman untuk membaca naskah cerpen saya barangkali masih ada saltik. Setelah teman saya memberikan catatan terkait saltik yang saya lakukaan dalam penulisan, selanjutnya saya buka link pendaftaran yang dibuat oleh panitia lomba. Saya isi semua data yang diminta oleh panitia lomba.

Kemudian dari google form muncul informasi data yang anda kirim sudah terekam. Setelah saya kirim screenshot laporan tersebut ke panitia lomba, dari panitia menginfokan saya sudah terima informasi selanjutnya akan kami hubungi lewat gruop WA semua peserta.  Kami semua peserta lomba dibuatkan WAG oleh panitia lomba. Saat yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga panitia lomba menginformasikan beberapa karya yang sudah masuk.

Dan semua peserta lomba disuruh mengecek nama, alamat dan judul tulisannya. Bagi yang belum disebutkan namanya disuruh konfirmasi kepada panitia lomba. Setelah saya cek dengan seksama, nama saya sudah tercantum dalam list panitia lomba. Selanjutnya peserta yang sudah terdaftar dalam list panitia di japri lewat kontak person panitia. Dan betapa kagetnya saya, ketika panitia lomba menginformasikan untuk segera miliki buku karya sendiri dengan syarat membayar sebesar Rp 104.500 ( seratus empat ribu lima ratus rupiah).

Dalam hati saya, terasa nggonduk (marah). Rasa kesal pada EO lomba menulis yang tidak mengapresiasi seorang penulis. Masa kita sudah disuruh menulis masih disuruh membayar tulisannya sendiri. Ini zaman apa? Mbok ya oo, bilang aja kalau bayar malah sama-sama enak daripada bilang gratis tapi ujung-ujungnya tetap bayar. Apakah budaya jujur di Indonesia sudah mulai pudar? Jangan mencari kesempatan dalam kesempitan. Zaman lagi susah, jangan tambah dengan kesusahan yang anda ciptakan.

Tulisan ini, di tulis berdasarkan kisah nyata saya sebagai seorang penulis pemula. Bagi para penulis pemula berhati-hatilah, diluar sana masih bisnis yang menghalalkan segala cara dengan mencari mangsa penulis-penulis pemula seperti kita. Saya yakin penulis pemula  yang ingin sekali memiliki buku karya sendiri yang ber-ISBN lagi, pasti akan membayar berapa pun harga yang ditawarkan oleh EO lomba menulis yang bekerja sama dengan penerbit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun