Mohon tunggu...
Junaedi
Junaedi Mohon Tunggu... Lainnya - Pencangkul dan Penikmat Kopi

Lahir dan tumbuh di Wonosalam, kawasan pertanian-perkebunan dataran tinggi di Jombang bagian selatan. Seorang pencangkul dan penikmat kopi. Dapat ditemui di www.pencangkul.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenang Pasukan Khusus "Paskenceng" di Jombang

30 Juni 2023   10:13 Diperbarui: 30 Juni 2023   10:16 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasukan Keamanan Cengkeh Wonosalam (Sumber: liputan6.com)

PASKENCENG! Begitu penyebutan untuk Pasukan Keamanan Cengkeh di Wonosalam, Jombang, Jawa Timur, yang dibentuk pada 2002 lalu dan hanya satu musim saja melaksanakan misinya. Pasukan yang merupakan gabungan dari masyarakat dan aparat keamanan (polisi) untuk menjaga dan melindungi kebun-kebun cengkeh di wilayah Wonosalam yang terkenal dengan produksi komoditas cengkeh.

Pasukan keamanan cengkeh waktu itu terdiri dari petani dan warga sekitar yang memiliki kebun cengkeh dan ditambah dari aparat keamanan (polisi). Mereka bekerja sama untuk menjaga kebun-kebun cengkeh mereka agar terhindar dari pencurian atau penjarahan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

Tujuan dari pembentukan pasukan keamanan cengkeh adalah untuk menjaga kemanan dan keberlanjutan produksi cengkeh dan melindungi mata pencaharian petani setempat yang sudah digeluti sejak awal 1970-an.

Kenapa harus ada pasukan keamanan khusus? Waktu itu selepas Presiden Abdurahman Wahid membubarkan BPPC, harga komoditas cengkeh melonjak cepat sejak awal 2000-an. Puncaknya pada musim 2002 harga cengkeh melambung pada kisaran 25.000 sampai 30.000 rupiah per kilogram untuk kondisi basah. Sementara harga per kilogram cengkeh kering bisa menembus angka 80-90 ribu rupiah per kg.

Jauh sebelum BPPC dibubarkan, harga cengkeh pernah pada kisaran 800 --1.500 rupiah per kg basah (1992-1997) dan sekitar 6.000 pasca krisis 1997 sampai BPPC dibubarkan.

Dampak kenaikan cengkeh yang luar biasa itulah yang menjadi salah satu penyebab pencuri dan para penjarah melakukan aksinya. Dengan harga yang begitu melangit siapa yang tak tergiur. Parahnya, para pencuri tak segan memotong batang pohon cengkeh yang berusia hampir 30 tahun waktu itu, sehingga mengakibatkan kerugian besar bagi petani. Sudah bunganya dijarah, cabang-cabangnya atau bahkan pohonnya ditebas. Padahal jika pohon cengkeh ditebas atau dirusak cabangnya saja, tidak bisa pulih seperti sediakala. Untuk menanam lagi pun butuh waktu puluhan tahun sampai bisa berproduksi optimal. Kebanyakan para pencuri dan penjarah itu tak mengerti soal itu karena mereka kebanyakan datang dari luar kawasan Wonosalam.

Tugas PASKENCENG atau pasukan keamanan cengkeh meliputi patroli kebun cengkeh secara rutin, memastikan keamanan dan keutuhan tanaman cengkeh, serta memberikan peringatan dan tindakan kepada pihak yang mencurigakan atau berpotensi merusak kebun cengkeh. Mereka berjaga bergilir. Seingat saya dalam waktu sehari terbagi menjadi tiga sift untuk bergiliran berjaga.

Pasukan keamanan cengkeh di Wonosalam jaman itu mendirikan beberapa posko di tiap desa dengan menumpang pada rumah-rumah warga, bahkan 1 desa ada beberapa posko pengamanan. Untuk biaya operasional Pasukan Keamanan Cengkeg ini, para petani iuran dan memberikan kompensasi sebesar 10 persen dari panen cengkehnya.

Dengan adanya pasukan keamanan cengkeh, harapan petani ketika itu adalah proses pemanenan cengkeh di Wonosalam dapat berjalan lancar dan petani cengkeh dapat bekerja dengan lebih aman dan nyaman. Selain itu, pasukan keamanan cengkeh juga dapat memberikan rasa kepercayaan dan keamanan kepada petani serta masyarakat sekitar dalam menjaga keberlanjutan pertanian cengkeh di Wonosalam.

Sayang sekali saat ini, (musim 2023), meskipun harganya melonjak sampai Rp 49.000 per kg basah dan sekitar 160.000 per kg kering (tergantung timbunan tahun berapa), namun kondisi tanaman cengkeh di Wonosalam Jombang menurun drastis, baik luasannya maupun produktivitasnya sampai hanya tinggal sekitar 20 persen dari masa kejayaannya. Ditenggarai penyebab utamanya adalah penyakit BPKC yang menyerang tanaman cengkeh di Wonosalam sejak 2012-an lalu.

Wonosalam, 30 Juni 2023

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun