Mohon tunggu...
Jumatul LailiFitri
Jumatul LailiFitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Saya adalah mahasiswa psikologi islam UIN Imam Bonjol Padang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Essay: Banyaknya Pengangguran Intelektual di Indonesia

8 Juni 2023   11:47 Diperbarui: 8 Juni 2023   11:53 1925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Jumatul Laili Fitri

Mahasiswa Psikologi Islam UIN Imam Bonjol Padang


Pengangguran intelektual di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup signifikan saat ini. Meskipun banyak lulusan sarjana, mereka menghadapi kesulitan dalam memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan dan kualifikasi mereka. Beberapa faktor yang menyebabkan pengangguran intelektual antara lain kurangnya keterampilan yang relevan dengan dunia kerja, pola pikir yang tidak sesuai, kekurangan pengalaman kerja, diskriminasi, dan nepotisme.

Menurut data dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran intelektual di Indonesia mengalami penurunan tetapi masih tinggi. Pada tahun 2020, tingkat pengangguran intelektual mencapai 7,35 persen, kemudian menurun menjadi 5,98 persen pada tahun 2021, dan 4,80 persen pada tahun 2022.

Salah satu faktor yang berkontribusi terhadap pengangguran intelektual adalah dominasi tenaga kerja non-pribumi di lapangan kerja, terutama dalam jabatan-jabatan penting di perusahaan. Hal ini mengurangi peluang kerja bagi lulusan sarjana di Indonesia. Jika pekerja non-pribumi dihentikan dari instansi-instansi pemerintah, mungkin hal tersebut dapat mengurangi masalah pengangguran intelektual di Indonesia.

Nepotisme juga menjadi masalah serius di Indonesia. Praktik memberikan pekerjaan kepada orang dalam mengurangi peluang para lulusan sarjana dengan keterampilan dan keahlian yang relevan di dunia kerja.

Pengangguran intelektual juga dipengaruhi oleh pola pikir yang tidak sesuai dengan ilmu yang diperoleh selama kuliah. Beberapa lulusan sarjana mengharapkan pekerjaan yang santai dengan gaji besar tanpa memperhatikan kualifikasi yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Selain itu, ego dan gengsi juga menjadi faktor penghambat, di mana mereka menginginkan pekerjaan yang menarik dengan gaji tinggi tanpa memperhatikan kemampuan yang dibutuhkan dalam dunia kerja.

Masalah lainnya adalah kualifikasi pekerjaan yang menjadi hambatan bagi lulusan baru. Banyak perusahaan lebih memilih tenaga kerja dengan pengalaman minimal satu tahun daripada lulusan baru. Hal ini menyebabkan tingginya pengangguran intelektual.

Selain itu, di lapangan kerja, perusahaan cenderung memilih tenaga kerja dengan upah rendah daripada tenaga kerja dengan kualitas kerja yang sesuai. Dalam beberapa kasus, wanita dilarang bekerja oleh suami mereka dengan alasan budaya atau agama. Ini juga menyebabkan wanita mengalami pengangguran atau tidak bekerja.

Selain faktor-faktor tersebut, ada juga individu yang tidak melakukan tindakan konkret dalam mencari pekerjaan. Mereka mungkin menghabiskan waktu dengan kegiatan yang tidak produktif, sehingga kurang fokus dalam mencari pekerjaan. Beberapa individu juga cenderung lalai dalam mencari pekerjaan. Mereka tidak segera mengambil kesempatan ketika ada lowongan pekerjaan yang tersedia. Mereka masih bergantung pada kekayaan orang tua mereka dan tidak menyadari bahwa kekayaan tersebut tidak akan bertahan selamanya.

Terkadang, ada juga individu yang mengundurkan diri dari pekerjaan yang sudah mereka miliki dengan gaji yang cukup besar. Mereka merasa puas dengan penghasilan yang mereka dapatkan saat itu dan tidak mempertimbangkan bahwa uang tersebut akan habis. Akibatnya, mereka kesulitan mencari pekerjaan baru dan terjebak dalam siklus pengangguran. Beberapa individu bahkan kehilangan motivasi untuk mencari pekerjaan baru dan menjadi pengangguran. Namun, penting bagi individu tersebut untuk tetap berusaha mencari pekerjaan baru dan mengiringinya dengan doa, karena usaha harus disertai dengan doa agar tidak sia-sia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun