Judul tulisan ini mungkin sempat membuat Anda bingung. Mungkin Anda mengira saya akan membahas soal dunia perbintangan karena dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata "rasi" artinya kumpulan bintang dalam zodiak  atau artinya ilmu perbintangan (ilmu nujum) yang menganggap bahwa nasib manusia erat hubungannya dengan letak zodiaknya pada waktu ia lahir. Namun, bukan itu yang saya maksudkan! Justru saya sekarang sedang membahas soal makanan tradisional khas yang berasal dari tatar Sunda.Â
Berbicara soal rasi goreng tak terlepas dari Kampung Adat Cireundeu yang terletak di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat. Sebagian besar penduduknya yang berjumlah sekitar 700 Kepala Keluarga (KK) mengonsumsi singkong sebagai makanan pokoknya. Kebiasaan tersebut sudah diwariskan oleh leluhur mereka sejak zaman kolonial Belanda sampai sekarang.Â
Ada semacam tabu atau pantangan bagi penduduk Kampung Cireundeu untuk makan nasi dari beras. Tentu saja singkong tersebut tidak langsung dikonsumsi, melainkan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi beras singkong yang biasa disebut rasi atau dalam bahasa Sunda dikenal dengan sebutan sangueun.Â
Kebiasaan penduduk Cireundeu tersebut membuat kampung mereka dijuluki "Dewitapa" - singkatan dari Desa Wisata Ketahanan Pangan berbasis singkong.
Proses pembuatan rasi cukup sederhana. Mula-mula singkong - umumnya jenis singkong racun (manihot esculenta)- yang sudah dibersihkan, lalu diparut dengan parutan konvensional dan diperas. Kemudian diambil ampasnya. Â Hasil endapan perasan singkong berubah menjadi aci - bahan tepung tapioka, sedangkan ampasnya diolah menjadi rasi.Â
Menurut tokoh adat Kampung Cireundeu, Kang Ajat, untuk menghasilkan rasi yang pulen dan berkualitas memang tidak sembarangan. Harus dipilih dari bibit singkong unggulan. Mereka biasanya memakai jenis singkong Garnawis dan singkong Karikil.
Setelah menjadi rasi, selanjutnya dicuci sampai bersih dan siap dimasak. Cara memasaknya dengan menuangkan rasi secukupnya ke dalam panci atau langseng. Kemudian masukkan air secukupnya, jangan terlalu banyak. Cukup sampai rasi basah secara merata. Selanjutnya kukus dan tunggu sekitar 15-20 menit sampai rasi menjadi matang.
Setelah matang, rasi yang bentuknya mirip butiran nasi siap dikonsumsi dengan sayur dan lauk pauk seperti biasa atau digoreng dengan bumbu nasi goreng. Berdasarkan pengalaman saya saat berkunjung ke Kampung Adat Cireundeu dan disuguhi rasi goreng, rasanya benar-benar nikmat. Hampir tak ada bedanya dengan nasi goreng yang terbuat dari beras. Â
Apakah Anda pernah mencoba makan rasi goreng? Kalau belum pernah, silakan berkunjung dan berwisata ke Kampung Adat Cireundeu. Pastikan Anda datang pada hari Minggu karena pengelolanya selalu menyiapkan menu rasi goreng bagi tamu yang hadir.Â
***