Mohon tunggu...
Jumari Haryadi Kohar
Jumari Haryadi Kohar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, trainer, dan motivator

Jumari Haryadi alias J.Haryadi adalah seorang penulis, trainer kepenulisan, dan juga seorang motivator. Pria berdarah Kediri (Jawa Timur) dan Baturaja (Sumatera Selatan) ini memiliki hobi membaca, menulis, fotografi, dan traveling. Suami dari R.Yanty Heryanty ini memilih profesi sebagai penulis karena menulis adalah passion-nya. Bagi J.Haryadi, menulis sudah menyatu dalam jiwanya. Sehari saja tidak menulis akan membuat ia merasa ada sesuatu yang hilang. Oleh sebab itu pria berpostur tinggi 178 Cm ini akan selalu berusaha menulis setiap hari untuk memenuhi nutrisi jiwanya yang haus terhadap ilmu. Dunia menulis sudah dirintis J.Haryadi secara profesional sejak 2007. Ia sudah menulis puluhan judul buku dan ratusan artikel di berbagai media massa nasional. Selain itu, ayah empat anak ini pun sering membantu kliennya menulis buku, baik sebagai editor, co-writer, maupun sebagai ghostwriter. Jika Anda butuh jasa profesionalnya dihidang kepenulisan, bisa menghubunginya melalui HP/WA: 0852-1726-0169 No GoPay: +6285217260169

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Corona Berjaya, Seniman pun Merana

16 April 2020   20:58 Diperbarui: 17 April 2020   10:13 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Engin Akyurt dari Pixabay

Adanya penundaan atau pembatalan kegiatan seni yang melibatkan para seniman tentu berdampak ekonomis. Para seniman yang tadinya ada penghasilan akhirnya jadi kehilangan pekerjaan. 

Hal ini tentu membuat kantong seniman menjadi kering kerontang alias tak ada duitnya. Salah satu contohnya seperti apa yang disampaikan oleh Kusdono Rastika, pelukis kaca asal Kota Cirebon, Jawa Barat.

"Dampaknya sangat prihatin bagi saya pribadi. Selama ini saya menafkahkan anak istri mengandalkan jual lukisan kaca. Apalagi sekarang Jakarta yang banyak kasus coronanya, jadi saya enggak bisa untuk menawarkan lukisan ke sana. Setiap hari harus makan, sementara pengeluaran selalu ada sedangkan pemasukan enggak ada. Jadi sangat prihati dampaknya," ujar Kusdono dengan nada sedih.

Pelukis kaca yang tidak bisa berjalan karena kakinya lumpuh tersebut hanya bisa pasrah dan berdoa agar supaya dampak covid-19 cepat hilang. Dia berharap Indonesia dan dunia segera terbebas dari wabah corona ini sehingga bisa terus berkarya dan mampu memberi nafkah buat keluarganya dari hasil menjual lukisannya.

Menurut Ketua Komunitas Seni Lukis Subang, Sugandhy, pandemi corona telah membuat seniman tidak berdaya. Semangat untuk berkarya jadi menurun karena konsentrasi pikiran lebih terfokus untuk mencari uang buat memenuhi kehidupan keluarga dari sumber yang lain.

"Kalau seniman yang kebetulan sudah mampu dan mempunyai fasilitas untuk berkarya, kondisi sekarang ini lebih baik dimanfaatkan saja buat berkarya. Tapi kenyataannya kebanyaan seniman penghasilannya pas-pasan. Pandemi corona ini menjadi beban berat yang luar biasa bagi teman-teman seniman. Hati mereka enggak bisa tenang untuk berkarya dengan baik karena ekonominya jadi semakin terpuruk," ujar Sugandhy yang dihubungi penulis via WhatsApp.

Sugandhy berharap semoga aparatur negara bisa bersatu dan bersinergi dengan rakyat dalam melawan musibah ini. Pemerintah diminta secepatnya melakukan upaya konkret berupa bantuan pangan kepada orang-orang yang sangat membutuhkan, termasuk kepada para seniman

Pendapat lainnya datang dari seniman senior Bandung, Zufli Akmansyah atau yang biasa akrab disapa Bang Zoel. Dia mengatakan bahwa adanya kebijakan pemerintah terkait pandemi covid-19, kebanyakan seniman mengikuti aturan tersebut.

"Alhamdulillah teu barandel (bahasa Sunda yang artinya "tidak bandel"). Buktinya, tak ada seniman yang lalu lalang atau nongkrong tempat mereka biasa melakukan aktivitas seni dan budaya, seperti di Jalan Braga, Gedung YPK, dan galeri seni lainnya. 

Artinya di rumah saja. Kegiatan berkesenian jelas off dulu, apa lagi yang ada kaitannya dengan program pemerintah," ujar pelukis yang semua rambutnya sudah meninggalkan dunia hitam ini dengan serius. 

Secara pribadi Bang Zoel tetap eksis terus berkarya selama masih ada stock media seperti cat, kanvas, dan sebagainya. Namun, ketika stock habis terpaksa aktivitas berkaryanya sedikit terhambat. Begitu pula ketika mau belanja seperangkat alat melukis, ternyata tidak semua toko buka. Menjual karya juga agak terhambat karena adanya pandemi covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun