Mohon tunggu...
Juli Prasetya
Juli Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Pemuda desa tampan dan sederhana yang mencintai dunia literasi, sastra, sejarah, komunikasi, sosial dan budaya.

Pemuda desa tampan dan sederhana yang mencintai dunia literasi, sastra, sejarah, komunikasi, sosial dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Sebuah Perjuangan Menuju Komunitas dari Negeri Poci

4 Juli 2018   06:36 Diperbarui: 4 Juli 2018   07:12 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Untuk mencapai acara Komunitas Dari Negeri Poci yang diadakan di Tegal pada 28 April-29 April ini, jujur saya sangat membutuhkan perjuangan ekstra. Betapa tidak , di awal perjalanan saya harus menghadapi tilangan Polisi terlebih dahulu, karena spionnya yang hanya satu, baiklah saya ikhlas untuk hal ini, karena bapak Polisi yang menilang selain menjalankan tugas negara memang niatnya baik, yang penting jangan sampai pungli geh bapak-bapak, ibu-ibu, dan jangan sering-sering ngadain razia, aku ga kuat kalo diginiin terus.

Untuk keberangkatan kali ini, saya memilih untuk lewat jalur Purbalingga- Pemalang-Tegal. Alasan saya memilih jalur ini karena di dalam Gugel mep (padahal kita berkali-kali ditipu oleh aplikasi ini, tapi tetap saja kita kembali dan kembali lagi menggunakannya) jalur Purbalingga-Tegal hanya memakan waktu 2 jam 54 menit. Sedangkan jika mengambil jalur Ajibarang-Bumiayu memakan waktu 3 Jam lebih, itu yang pertama. 

Alasan yang kedua adalah karena suasana jalannya, yang adem asri, sehat, santai, hijau, biru dan menawarkan kesegaran-kesegaran lainnya. Contohnya saat sudah memasuki Tlahab Lor sudah mulai terasa hawa-hawa kesejukan, di sini juga ada satu gardu kecil peninggalan Belanda mungkin, dan saya tidak sempat mengabadikannya dengan kamera. 

Kemudian masuk ke daerah Belik yang mulai ditumbuhi dan dihiasi oleh hijaunya sawah, lukisan bukit, curug-curug kecil dan sedikit jalan yang lengang, menjadi nuansa puitis sendiri bagi saya dan Ka Risma (siapa Ka Risma, akan saya bahas secara periodik di tulisan selanjutnya).

Kemudian cerita berlanjut di perbatasan antara Pemalang kota ikhlas dan Tegal. Di jalan yang gronjal, sempit dan mungkin pihak terkait tidak berniat untuk memperbaikinya, saya diserempet dari belakang oleh sebuah mobil silver, yang dikendarai seorang mba-mba setengah ibu. Paruh baya?, Sudah menyerempet eh ternyata si mba ini yang marah-marah dan minta ganti rugi karena bemper depannya gares/kebaret.

Berpegang pada prinsip cowok selalu salah dan cewek selalu benar saya langsung meminta maaf pada si mba, dengan muka saya buat setengah memelas, sambil spontan saya langsung berkata "nyong lagi randuwe duit", mendengar mantra ini, si mba langsung diam, dan segera masuk ke mobil dan melanjutkan perjalanannya. 

Sebenarnya bisa saja saya memperpanjang dan mengkomplekskan permasalahan, tapi kita sama-sama tahu kan "Berebut kebenaran pun kesalahan pada akhirnya akan menyisakan air mata". Namun Di sepanjang perjalanan saat saya melihat mobil silver, hati saya berdesir, ada harap-harap cemas (bahasa sufinya khouf dan roja'). Kebayang kan berapa banyak mobil silver yang lalu-lalang dan membuat hati ini berdesir terus.

Beberapa jam kemudian saya sampai di gedung DPRD Tegal yang kabarnya menjadi tempat acaranya, tentu saja dengan acara tersesat yang menyenangkan itu. Kemudian saya bertanya kepada seorang kawan penyair muda lewat pesan wassap

"Acarane neng ndi si?" Tanyaku

"Di Alexander Hotel bro". Mendapat balasan itu , lagi-lagi saya malah membuka Gugel mep yang sudah menipu kita berkali-kali.  Singkat cerita saya mengikuti Gugel Mep dan sampai di depan hotel Gren, karena di Gugel Mep lokasi hotel Alexander diarahkan ke situ. Kemudian saya bertanya kepada seorang om-om yang mungkin sedang menunggu seseorang.

" Mas mau tanya hotel Alexander sebelah mana ya?", Tanyaku. Si Om-om dengan motor Vixion ini berpikir sejenak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun