Kementerian kesehatan mendeskripsikan stunting merupakan suatu keadaan di mana tinggi badan anak lebih rendah dari rata-rata untuk usianya karena kekurangan nutrisi yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya asupan gizi pada ibu selama kehamilan atau pada anak saat sedang dalam masa pertumbuhan.
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.
Melansir data dari WHO, tedapat 170 Juta anak balita diperkirakan mengalami pertumbuhan terhambat karena stunting. UNICEF memberikan definisi stunting sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan, dengan tinggi badan di bawah minus,”stunting sedang dan berat”, minus tiga “stunting kronis”, ini diukur dengan menggunakan standar pertumbuhan anak yang dikeluarkan oleh WHO. Stunting didefinisikan sebagai kegagalan pertumbuhan linear, tinggi badan pada anak akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan kurangnya stimulasi psikososial.
Selain mengalami pertumbuhan terhambat, stunting juga kerap kali dikaitkan dengan penyebab perkembangan otak yang tidak maksimal. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan mental dan belajar tidak maksimal, serta prestasi belajar yang buruk. Efek jangka panjang yang disebabkan oleh stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, acap kali dianggap sebagai salah satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi.
Upaya Mencegah Stunting
Asupan gizi yang kurang merupakan dampak terhadap permasalahan stunting, tentunya dapat dicegah dengan memenuhi kebutuhan gizi yang sesuai. Pemenuhan gizi terhadap semua lapisan masyarakat, terutama ibu hamil, bayi, dan anak-anak, apakah dapat berjalan dengan baik, dengan pertanyaan lain, apakah kebutuhan gizi dapat tercukupi dengan baik?
Merujuk dari kemdeterian kesehatan (2023), dampak umumnya terjadi karena diakibatkan oleh kurangnya asupan nutrisi pada 1.000 hari pertama anak. Hitungan 1.000 hari di sini dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun.
Pada rentang waktu ini, gizi tidak dicukupi dengan baik, dampak yang ditimbulkan memiliki efek jangka pendek dan efek jangka panjang. Gejala stunting jangka pendek meliputi hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi kognitif, dan gangguan sistem pembakaran. Gejala jangka panjang meliputi obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.
Upaya pencegahan baiknya dilakukan sedini mungkin, sejak usia 1.000 hari pertama kehidupan, asupan nutrisi yang baik sangat dianjurkan dikonsumsi oleh ibu hamil. Tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dirinya, asupan nutrisi yang baik juga dibutuhkan jabang bayi yang ada dalam kandungannya. Pada bayi telah lahir, mencegah stunting menunjukkan bahwa, konsumsi protein sangat mempengaruhi pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas 6 bulan.
Sumber dari Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Promosi dan Pemberdayaan Masyrakatan (2018) Perbandingan anak yang mendapat asupan protein 15 persen dari total asupan kalori yang dibutuhkan terbukti memiliki badan lebih tinggi dibanding anak dengan asupan protein 7,5 persen dari total asupan kalori. Anak usia 6 sampai 12 bulan dianjurkan mengkonsumsi protein harian sebanyak 1,2 g/kg berat badan. Sementara anak usia 1–3 tahun membutuhkan protein harian sebesar 1,05 g/kg berat badan. Jadi, pastikan balita mendapat asupan protein yang cukup sejak pertama kali mencicipi makanan padat pertamanya.