Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Maraknya LGBT

12 April 2016   20:52 Diperbarui: 12 April 2016   21:02 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

   Belakangan media meributkan label LGBT yang kemudian menimbulkan kontroversi. Berbagai pernyataan dan perlakuan umum, termasuk pejabat publik, yang acap tidak memiliki dasar yang jelas, makin mengurung kaum spesial tersebut. Sebagian orang menganggap LGBT merupakan penyakit seksual yang bersifat menular, bukan bawaan sejak lahir.

   LGBT adalah akronim dari Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender. Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an menggantikan frasa komunitas Gay, karena peristiwa ini lebih mewakili kelompok – kelompok yang kelainan orientasi seksual.

    Di Indonesia LGBT belum bisa diterima oleh masyarakat. Tidak sedikit masyarakat berpandangan miring, dari benci, kotor, serta jijik ketika mendengar kata – kata LGBT bahkan sampai mengucilkan dan menjauhi mereka. Namun, terdapat juga masyarakat yang Pro akan kelompok LGBT ini, entah karna benar – benar menerima atau benar – benar tidak peduli akan kehadiran mereka dilingkungannya.

   Komunitas LGBT semakin terbuka akan identitas dirinya diruang publik dan gencar memanfaatkan kecanggihan teknologi terutama di media sosial. Aplikasi chatting dan Facebook yang dijadikan ruang untuk menemukan kaum yang penyuka sesama jenis , untuk mengetahui dan mengenal untuk ajang pencarian pasangan.

    Dalam beberapa bulan terakhir, perdebatan mengenai isu lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) di Indonesia semakin memanas. Pasalnya, kaum LGBT menginginkan komunitasnya dilegalkan oleh Negara. Keinginan dari kelompok ini mendapatkan tantangan dari berbagai elemen masyarakat di Indonesia. Pasalnya, mayoritas populasi penduduk di Indonesia memeluk agama Islam. Indonesia adalah negara yang memiliki populasi Muslim terbesar di seluruh dunia.


   Kaum LGBT tentunya punya Hak Asasi di Negara ini layaknya manusia normal pada umumnya dan memiliki hak untuk tidak di diskriminasi , namun LGBT juga tidak bisa dijadikan sebagai gaya hidup di Indonesia . Meskipun segelintir negara lain telah melegalkan kaum tersebut, namun wajar saja jika di Tanah Air banyak yang menentang LGBT karena perbedaan budaya.


   Masyarakat atau orang-orang normal yang menentang tentu berpikir kalau kaum LGBT bisa diubah walaupun mereka tidak pernah merasakannya. Bagi kaum LGBT, misalnya seorang pria yang sudah merasa sebagai perempuan, pastinya akan terus menerus merasa terjebak di dalam tubuh laki-laki.

   Golongan homoseksual ini terjadi karena adanya pergeseran norma-norma susila yang dianut oleh masyarakat, serta semakin menipisnya kontrol sosial yang ada dalam masyarakat . Hal ini disebabkan karena lemahnya iman dan pengendalian hawa nafsu serta karena banyaknya ransangan seksual. Media massa juga adalah hal yang sangat berpengaruh bagi masyarakat, dengan cara terus menerus informasi yang diberikan media massa akan informasi kaum LGBT baik negatif maupun positif akan sangat berpengaruh pada sikap masyarakat yang menerimanya secara terus-menurus.

   Persentase kaum LGBT di Indonesia sendiri sudah mencapai 5,8 persen untuk lesbian, Gay 58,3 persen, Biseksual 32,8 persen, dan Transgender 0,7 persen.( sumber: https://conq.me/2015/07/14/lgbt-survey-edisi-1-demografi-psikografi-conq/)

 


Juliana Ayu Ningtyas

Mahasiswi Jurnalistik

Insitut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jakarta Selatan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun