Mohon tunggu...
Julia
Julia Mohon Tunggu... Mahasiswa

Halo teman-teman kompasiana Perkenalkan saya Julia, kalian bisa panggil saya Lia. Saya adalah seorang pelajar yang mempunyai hobi membaca novel, mendengarkan musik, dan menonton film. Melalui akun ini saya akan menuliskan tentang pengetahuan yang saya dapat dan hal-hal menarik di sekitar saya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Grebeg Sudiro: Simfoni Dua Budaya di Jantung Solo

8 Oktober 2025   01:26 Diperbarui: 8 Oktober 2025   11:51 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Gunungan Grebek Sudiro (Sumber: https://share.google/MhZGZyLuEOgCQ1JA4)

Pernahkah Anda membayangkan bagaimana budaya Jawa dan Tionghoa berpadu dalam satu perayaan yang meriah, penuh warna, dan sarat makna? Temukan jawabannya di artikel ini.

Di tengah keragaman budaya Kota Solo, lahir sebuah tradisi unik yang telah lama menjadi simbol kerukunan, yaitu Grebeg Sudiro. Tradisi yang rutin diselenggarakan setiap tahun menjelang Hari Raya Imlek ini merupakan bukti nyata bagaimana dua etnis berbeda, Jawa dan Tionghoa, dapat hidup berdampingan, saling memengaruhi, hingga melahirkan sebuah budaya baru yang penuh daya tarik. Berasal dari kata "Grebeg" yang berarti perkumpulan dan "Sudiro" yang merujuk pada nama kampung tempat tradisi ini berasal, Sudiroprajan.

Sejarah singkat Grebeg Sudiro

Cikal bakal Grebeg Sudiro dapat ditelusuri kembali ke masa pemerintahan Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X (1893-1939) melalui sebuah ritual bernama Buk Teko. Nama unik ini berawal dari kisah jatuhnya tutup teko milik Raja di sekitar jembatan Sudiroprajan. Ritual Buk Teko yang menjadi fondasi Grebeg Sudiro ini merupakan arak-arakan gunungan hasil bumi dengan penerangan ribuan lampion, menjadi penanda awal perayaan Imlek yang meriah dan penuh makna.

Foto Gunungan Grebek Sudiro (Sumber: https://share.google/MhZGZyLuEOgCQ1JA4)
Foto Gunungan Grebek Sudiro (Sumber: https://share.google/MhZGZyLuEOgCQ1JA4)

Wujud akulturasi paling nyata dalam Grebeg Sudiro terlihat pada kirab budayanya yang spektakuler. Dalam kirab ini, simbol-simbol budaya Jawa dan Tionghoa melebur menjadi satu kesatuan yang harmonis. Gunungan yang berisi hasil bumi dan kue keranjang khas Imlek diarak bersama dengan pertunjukan barongsai dan liong yang energik. Peserta kirab mengenakan pakaian dari kedua budaya, berpadu dengan hiasan lampion khas Tionghoa yang menciptakan nuansa oriental di tengah alunan musik cokekan yang merupakan tradisi lokal Kampung Sudiroprajan. Perpaduan ini bukan sekadar tontonan, melainkan sebuah dialog budaya yang elok.

"Apa sebenarnya makna di balik Grebeg Sudiro, tradisi unik yang hanya bisa Anda temui di Kota Solo menjelang Imlek?"

Lebih dari sekadar perayaan, Grebeg Sudiro sarat akan makna kebersamaan dan rasa syukur. Gunungan, yang dalam tradisi Jawa merupakan simbol kemakmuran dan rasa syukur kepada Tuhan, diisi pula dengan kue keranjang yang melambangkan harapan akan kemakmuran di tahun yang baru bagi etnis Tionghoa. Puncak acara di mana isi gunungan dibagikan kepada seluruh masyarakat yang hadir menjadi simbol berbagi berkah dan rezeki tanpa memandang latar belakang etnis. Tradisi ini juga menjadi bentuk "sedekah bumi" dari para pedagang dan warga sebagai ungkapan terima kasih atas rezeki yang telah diterima.

Keistimewaan Grebeg Sudiro terletak pada akarnya yang berasal dari inisiatif bersama warga Sudiroprajan. Tradisi ini lahir dari keinginan masyarakat etnis Jawa dan Tionghoa untuk bekerja sama, menunjukkan bahwa kerukunan bukanlah konsep abstrak, melainkan sesuatu yang dapat diwujudkan melalui kolaborasi nyata. Dengan demikian, Grebeg Sudiro bukan hanya sekadar festival, melainkan sebuah panggung harmoni yang memperkuat integrasi sosial dan melestarikan kekayaan tradisi. Ia menjadi bukti hidup bahwa perbedaan dapat menjadi kekuatan pemersatu, menghapus sekat-sekat kelam masa lalu, dan merajut masa depan yang lebih toleran di Kota Solo.

sumber :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun