Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Misi Mencuci Piring Ajaib: Mengubah 'Aku Dulu!' Menjadi Seni Berbagi di Meja Makan

7 Oktober 2025   10:57 Diperbarui: 7 Oktober 2025   10:57 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Misi mencuci piring ajaib: mengubah 'aku dulu!' menjadi seni berbagi di meja makan. | Image by Unsplash/Getty Images

Seni Berbagi yang Merambat: Dampak di Luar Dapur

Efek dari "Misi Mencuci Piring Ajaib" ternyata meluas jauh melampaui wastafel dapur. Setelah berhasil menaklukkan ego di sekitar piring kotor, anak-anak mulai membawa semangat kerja sama itu ke area lain dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu perubahan paling signifikan adalah saat bermain. Ketika mereka dulu berebut mainan dan langsung berteriak "Aku duluan!" saat melihat barang baru, sekarang mereka lebih sering menawarkan, "Kamu coba duluan, nanti giliran aku." 

Ini adalah hasil langsung dari keharusan mereka untuk menunggu dan melayani satu sama lain di dapur. Mereka mulai memahami nilai kesabaran.

Di ruang keluarga, kami melihat manifestasi kebaikan yang lebih halus. Saat salah satu anak tidak sengaja menjatuhkan barang atau tumpah minuman, yang lain tidak lagi menertawakan atau mencela. 

Sebaliknya, mereka spontan mengambil lap atau menyodorkan tisu sambil berkata, "Aku bantu bersihkan." Ini adalah respons empati yang tulus, bukan lagi respons kompetitif.

Bahkan dalam interaksi dengan orang luar, kami melihat perbedaan. Ketika ada tetangga yang membutuhkan bantuan kecil mengangkat barang atau menjaga hewan peliharaan anak-anak kami kini yang paling cepat mengajukan diri, tanpa harus diminta. 

Mereka melakukannya dengan senyum, karena mereka telah belajar bahwa membantu dan melayani orang lain memberikan rasa puas yang lebih besar daripada sekadar memenangkan perlombaan.

Mentalitas "Kita semua harus selesai bersama" telah menjadi moto tidak tertulis keluarga. Dalam mengerjakan pekerjaan rumah, mereka saling mengoreksi dan mengajari. 

Dalam memilih film, mereka belajar berkompromi dan bergantian memilih, memastikan semua orang merasa didengarkan dan dihormati. Meja makan yang tadinya arena tempur, kini menjadi laboratorium kebaikan.

Kami menyadari bahwa kebaikan bukanlah pelajaran yang diajarkan dari buku teks, melainkan keterampilan yang dilatih melalui tugas sehari-hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun