Tragedi yang menimpa Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, pada Senin (29/9/2025) adalah sebuah peringatan yang sangat mahal. Gedung di lingkungan pesantren tersebut ambruk secara tiba-tiba, merenggut nyawa dan meninggalkan trauma mendalam bagi banyak pihak.Â
Data terakhir dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat setidaknya 160 lebih korban terdampak, dan angka ini bisa saja terus bertambah seiring berjalannya proses evakuasi yang sulit.
Peristiwa nahas ini terjadi saat kegiatan di pesantren sedang berlangsung. Santri, staf pengajar, dan karyawan yang berada di dalam dan sekitar gedung menjadi korban.Â
Ambruknya bangunan ini bukan sekadar musibah biasa, melainkan menyoroti masalah fundamental yang selama ini terabaikan dalam pembangunan fasilitas pendidikan, khususnya di lingkungan pondok pesantren.
Pondok pesantren adalah rumah kedua bagi para santri. Mereka menghabiskan sebagian besar waktu di sana untuk belajar, beribadah, dan beraktivitas.Â
Oleh karena itu, keselamatan fisik mereka adalah prioritas utama dan tanggung jawab mutlak pengelola serta semua pihak terkait. Bangunan yang rapuh dan tidak memenuhi standar teknis adalah ancaman serius yang setiap saat bisa menimbulkan bahaya besar.
Kini, setelah debu reruntuhan mereda, yang tersisa adalah pertanyaan-pertanyaan kritis. Mengapa bangunan yang menampung banyak orang bisa ambruk? Apakah ada kelalaian dalam perencanaan dan pengawasan?Â
Tragedi Al Khoziny harus menjadi momentum untuk mengakhiri budaya pembangunan yang mengabaikan aspek keselamatan teknis. Keselamatan santri bukan sekadar hasil dari doa, tetapi harus diwujudkan melalui kepatuhan pada standar bangunan yang ketat dan terukur.
Kegagalan Struktural dan Aspek Teknis yang Terabaikan
Laporan awal dan investigasi yang dilakukan oleh tim ahli konstruksi mengindikasikan adanya kegagalan struktural sebagai penyebab utama ambruknya gedung di Al Khoziny. Kegagalan ini sering kali berakar dari beberapa faktor teknis yang seharusnya bisa dicegah sejak awal.
Salah satu faktor yang sering ditemukan dalam kasus bangunan ambruk adalah kualitas material yang tidak memadai.Â