Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Maafkan Aku, Pancasila": Ikrar 13 Tahun di Hari Sakti

1 Oktober 2025   17:35 Diperbarui: 1 Oktober 2025   17:35 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat: Kepada Sang Pancasila. | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Bagian berikutnya dari surat itu adalah pengakuan jujur yang polos, khas seorang anak baru gede (ABG) yang mulai merenungkan makna tanggung jawab. Dia merasa belum menjadi anak yang "Pancasilais" seutuhnya.

Ia menyebutkan beberapa sifat yang dia anggap masih gagal ia terapkan. Anak kami menulis: "Maafkan aku sampai hari ini belum bisa menjadi anak yang berprilaku yang diharapkanmu seperti anak yang disiplin, menghormati perbedaan, anak yang rukun, dan sifat-sifat lain yang Pancasilais."

Perasaan bersalah ini menunjukkan bahwa pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di sekolah ternyata tidak hanya sebatas teori. Nilai-nilai itu mulai diinternalisasi, mulai menyentuh kesadaran pribadinya.

Anak remaja seringkali dianggap cuek atau acuh tak acuh terhadap masalah negara. Tetapi surat ini membuktikan sebaliknya. Mereka memahami, bahwa berbuat baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari adalah bagian dari membela negara.

Disiplin dalam tugas sekolah, menghormati teman yang berbeda suku atau agama, dan menjaga kerukunan di rumah dan sekolah, itulah bentuk implementasi Pancasila yang nyata bagi seorang pelajar kelas 7.

Permintaan maafnya adalah refleksi atas kegagalannya memenuhi standar moral tinggi yang sudah ia ketahui. Ia merasa belum cukup menjalankan nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan dalam lingkungan kecilnya.

Refleksi Lima Sila dalam Kehidupan Sehari-hari Pelajar SMP

Pengakuan sang anak membawa kami pada pemikiran bahwa Pancasila harus dihidupkan bukan hanya di tugu-tugu peringatan, tetapi dalam tingkah laku. Surat itu menjadi cerminan bahwa nilai-nilai Pancasila bisa sangat dekat dengan keseharian remaja.

Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa. Bagi anak kami, ini berarti ia harus lebih rajin beribadah dan menghormati teman yang berbeda agama saat mereka beribadah. Ia merasa belum maksimal dalam hal ini.

Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Ia mungkin sadar bahwa kadang ia masih berbuat curang saat bermain atau kurang adil saat berbagi dengan saudaranya. Adil dan beradab harus dimulai dari lingkup keluarga dan teman sebaya.

Sila Ketiga: Persatuan Indonesia. Pengakuannya tentang belum bisa rukun dan menghormati perbedaan menunjukkan kesadaran ini. Rukun dengan saudara dan teman yang karakternya berbeda adalah wujud kecil dari Persatuan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun