Pagi ini, Ahad, 28 September 2025, menjadi waktu yang istimewa. Ada pelajaran penting tentang hidup, kerja keras, dan memilih jalan rezeki yang datang langsung dari seorang lelaki di Cicalengka, Kabupaten Bandung. Pelajaran ini datang dari Pak Sukanda.
Usianya kini 61 tahun. Sukanda lahir dan besar di Cicalengka. Sehari-hari, ia tak pernah berhenti bekerja. Mata pencahariannya adalah bertani di kebun dan beternak domba serta ayam kampung di rumahnya.
Rumah Sukanda berada di Kampung Cicadas RT 01 RW 07, Desa Margaasih, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung. Tempatnya sangat sederhana, namun penuh dengan aktivitas. Di sana, ia tinggal bersama satu istri dan lima anaknya.
Kisah hidupnya menunjukkan bahwa pekerjaan dan gelar tidak selalu harus sejalan. Kebahagiaan dan kemandirian finansial bisa ditemukan di mana saja, asalkan ada ketekunan dan kemauan untuk berusaha.
Kebanyakan orang mungkin menduga Sukanda adalah petani biasa sejak muda. Namun, di balik kerutan di wajahnya dan tangannya yang kasar karena memegang cangkul, tersimpan latar belakang pendidikan yang cukup tinggi.
Sukanda ternyata adalah seorang Sarjana Muda (BA) lulusan jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) dari salah satu perguruan tinggi swasta terkemuka di Kota Bandung, yaitu Universitas Islam Bandung (Unisba). Ia bahkan pernah lama berprofesi sebagai guru Bahasa Arab/PAI selama belasan tahun.
Namun, kini Sukanda telah meninggalkan profesi lamanya itu. Ia bekerja sepenuhnya sebagai petani mandiri di desanya sendiri. Keputusan ini ia ambil demi mencari rezeki yang lebih pasti, lebih tenang, dan lebih dekat dengan keluarga. Dari keputusannya ini, ia berhasil menorehkan kisah inspiratif.
Kemandirian Ekonomi dari Kebun dan Kandang
Kegiatan bertani Sukanda sangat beragam. Di kebun, ia menanam berbagai jenis tanaman pangan. Tanaman utamanya adalah singkong, talas, pisang, kacang-kacangan, dan jagung.
Hasil tanamannya ini tidak hanya untuk dijual. Sebagian besar hasil kebun digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari keluarganya. Sisanya, barulah dijual untuk menambah penghasilan.
Sukanda dan istrinya juga memiliki jiwa wirausaha. Mereka mengolah hasil panen menjadi produk bernilai jual. Contohnya, singkong, talas, dan pisang diolah menjadi keripik. Usaha kecil-kecilan ini turut menopang ekonomi keluarga.