Antapani Kidul, sebuah wilayah di Kota Bandung, telah lama berjuang melawan musuh tahunan yaitu banjir.Â
Permasalahan ini bukan sekadar genangan air, melainkan cerita berulang tentang tiga sungai yakni Ciparumpung, Ciudurian, dan Cibodas yang selalu meluap setiap kali hujan deras mengguyur.Â
Akibatnya, beberapa Rukun Warga (RW) di wilayah tersebut harus menerima kenyataan pahit tenggelam dalam air. Persoalan ini telah menjadi tantangan besar yang memerlukan solusi yang tidak hanya cepat, tetapi juga menyeluruh dan berkelanjutan.
Penyebab utama dari luapan sungai ini ternyata sederhana namun kompleks yaitu sedimentasi dan penyempitan aliran sungai.Â
Aliran air yang seharusnya lancar terhalang oleh tumpukan lumpur yang mengendap, diperparah oleh bangunan-bangunan liar yang berdiri terlalu dekat, bahkan ada yang sengaja mengurug bantaran sungai untuk pembangunan.Â
Kondisi ini membuat badan sungai menjadi "kecil" dan tidak mampu menampung debit air hujan, sehingga air terpaksa meluber ke atas, menyerbu permukiman warga.Â
Pola penyempitan sungai akibat pembangunan liar ini, yang disadari, bukanlah fenomena tunggal, melainkan sebuah pola yang juga terjadi di berbagai wilayah lain di Kota Bandung, seperti di Babakan Ciamis atau di sepanjang sungai Cikapundung dan Citepus.
Awal dari Perubahan: Normalisasi dan Penertiban yang Krusial
Inisiatif untuk menghentikan siklus banjir ini dimulai dengan sebuah langkah yang tegas dan fundamental yakni normalisasi sungai.Â
Sejak tahun 2021, Pemerintah Kota Bandung bekerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan mendukung program Citarum Harum untuk memulai upaya ini.Â
Fokus utama diletakkan pada penertiban bangunan tanpa izin yang telah lama mencaplok sempadan Sungai Cidurian dan Cibodas. Tindakan ini krusial karena tanpa membersihkan barrier fisik tersebut, semua upaya lain akan sia-sia.