Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pelajaran dari Ambulans: Ketika Gizi Berubah Menjadi Trauma Anak Sekolah

26 September 2025   08:33 Diperbarui: 26 September 2025   08:33 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ambulans membawa siswa SMKN 1 Cihampelas yang mengalami keracunan menu MBG di sekolahnya pada Rabu (24/9/2025).| KOMPAS.com/BAGUS PUJI PANUNTUN 

Pagi itu, sebuah cerita sederhana dari seorang murid SD kelas 5 di Bandung, mengubah pandanganku tentang apa itu "gizi" dan "keamanan." 

Di tengah hiruk pikuk berita keracunan makanan yang membanjiri media sosial dan televisi, pengalamannya terasa lebih nyata, lebih personal, dan lebih menakutkan. 

Dia bukan hanya mendengar berita, dia menyaksikannya. Dengan mata kepala sendiri. Dan cerita itu, sayangnya, bukan sekadar cerita biasa.

Murid saya, sebut saja R, menceritakan pengalamannya dengan nada yang polos namun penuh ketakutan. 

"Kemarin aku sama Ayah pergi ke perbatasan Bandung dan Subang," katanya, memulai kisahnya. "Katanya sih, daerahnya Kabupaten Bandung Barat." 

Lalu, dia berhenti sejenak, wajahnya berubah serius. "Di jalan, kami lihat ada iring-iringan mobil ambulans, banyak banget."

Saya bertanya, "Banyaknya seberapa?" R menjawab, "Ada enam mobil, Pak. Semuanya nyalain sirine, kencang banget." Cerita R langsung mengingatkan saya pada masa-masa pandemi COVID-19. 

Sirine ambulans yang beriringan, suara yang memecah kesunyian, selalu membawa kabar buruk. Kini, suara itu kembali, namun kali ini bukan karena virus, melainkan karena makanan.

Ayah R yang melihat pemandangan itu, menjelaskan bahwa mobil-mobil tersebut mengangkut siswa-siswa sekolah. 

Mereka semua adalah korban cerita mbg, atau makanan bergizi gratis, yang seharusnya memberikan manfaat, justru membawa petaka. 

Anak-anak itu keracunan, lalu dilarikan ke rumah sakit. Bagi R, pemandangan itu terasa sangat mengerikan. "Seram, Pak, kayak waktu COVID," katanya dengan nada bergetar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun