Ketika Niat Baik Berbenturan dengan Realita di Pemukiman Warga
Sayangnya, niat baik program MBG ini terkadang berbenturan dengan realita di lapangan. Seperti yang terjadi di sebuah rumah di Jalan Kinanti, Kelurahan Turangga, Kecamatan Lengkong, Kota Bandung.Â
Sebuah rumah tinggal yang diubah menjadi dapur MBG justru menimbulkan masalah bagi warga sekitar. Warga setempat yang merasa terganggu akhirnya melakukan protes keras dan bahkan menyegel bangunan tersebut (dikutip dari detik.com)
Masalah utama yang memicu protes adalah aktivitas dapur yang hampir tidak berhenti, bahkan beroperasi hampir 24 jam sehari.Â
Dapur ini menyiapkan ribuan porsi makanan setiap hari, dan prosesnya menimbulkan suara berisik dari peralatan masak, aktivitas pekerja, dan lalu lalang kendaraan.Â
Kondisi ini membuat warga yang tinggal berdekatan merasa terganggu. Ketenangan yang seharusnya mereka dapatkan di rumah masing-masing menjadi hilang.
Selain kebisingan, masalah lain yang tidak kalah mengganggu adalah aroma atau bau tak sedap. Proses pengolahan makanan dalam jumlah besar tentu menghasilkan bau masakan yang kuat. Bau ini bisa menyebar dan mengganggu kenyamanan warga.Â
Bayangkan, warga yang ingin bersantai di rumah atau makan bersama keluarga, harus terus-menerus mencium bau masakan dari dapur MBG di sebelah rumahnya.
Masalah bau semakin diperparah dengan adanya aktivitas truk pengangkut sampah. Sisa-sisa dari proses pengolahan makanan juga menumpuk dalam jumlah besar.Â
Truk sampah yang datang untuk mengangkut sisa-sisa ini sering kali menimbulkan bau yang sangat tidak sedap. Kondisi ini membuat warga merasa jijik dan terganggu, apalagi jika aktivitas itu dilakukan di depan rumah mereka.
Ketua RW setempat bahkan menegaskan bahwa warga sebenarnya mendukung penuh program pemerintah. Namun, mereka menolak jika program tersebut dijalankan di wilayah pemukiman.Â