Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Seni "Nganggur" Berbayar, Ini Rahasia Gen Z Mendapat Kerja Tanpa Perang CV

14 September 2025   13:41 Diperbarui: 14 September 2025   13:41 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang tukang cukur tidak hanya memotong rambut, tetapi menciptakan pengalaman grooming premium di barbershop yang nyaman dan stylish. Mereka mengubah stigma profesi "kotor" dan "kasar" menjadi profesi yang penuh seni dan nilai.

Ada beberapa alasan di balik tren ini. Pertama, profesi-profesi ini menawarkan pekerjaan yang lebih otentik dan nyata. Hasil kerja mereka bisa dilihat, disentuh, dan dinikmati secara fisik. Ini memberikan kepuasan tersendiri yang tidak bisa didapatkan dari pekerjaan digital yang serba abstrak. 

Kedua, profesi ini membutuhkan keahlian khusus yang sulit digantikan oleh robot atau AI. Meskipun banyak pekerjaan kantoran yang terancam oleh otomatisasi, keahlian tangan seorang tukang kayu atau penjahit tetap tak tergantikan. Ini memberikan rasa aman dan jaminan karier jangka panjang. Mereka tidak perlu khawatir tentang robot yang akan mengambil alih pekerjaan mereka.

Ketiga, profesi ini menawarkan otonomi yang tinggi. Mereka bisa bekerja secara mandiri, mengatur jadwal sendiri, dan menentukan harga mereka sendiri. Mereka tidak harus menunggu persetujuan dari atasan untuk memulai proyek. Mereka adalah tuan bagi diri mereka sendiri. 

Keempat, profesi ini memungkinkan mereka untuk terhubung dengan komunitas yang nyata. Mereka bisa berinteraksi langsung dengan klien, membangun hubungan, dan mendapatkan feedback yang berharga. Ini jauh lebih memuaskan daripada bekerja sendirian di depan layar komputer. Profesi ini juga memungkinkan mereka untuk mengekspresikan diri dan kreativitas mereka secara langsung.

Mereka juga menggunakan teknologi untuk mempromosikan profesi mereka. Mereka membuat video proses pembuatan produk, memposting foto hasil akhir yang estetik, dan berinteraksi dengan audiens di media sosial. Mereka tidak malu untuk menunjukkan tangan yang kotor atau keringat yang menetes. 

Mereka justru bangga akan prosesnya. Mereka tahu bahwa cerita di balik produk lebih penting daripada produk itu sendiri. Cerita ini yang membuat produk mereka memiliki nilai lebih. Mereka mengubah cara pandang masyarakat terhadap profesi-profesi ini, dari pekerjaan kelas bawah menjadi pekerjaan yang penuh seni, integritas, dan potensi finansial.

Kesimpulan

Seni "nganggur" berbayar bukanlah tentang bermalas-malasan, melainkan tentang bekerja dengan cara yang lebih cerdas dan otentik. Ini adalah revolusi kecil di mana Gen Z menolak jalur karier konvensional yang melelahkan dan penuh persaingan. 

Mereka beralih dari "pencari kerja" menjadi "pencipta nilai," menggunakan portofolio digital sebagai senjata utama mereka, dan bahkan menghidupkan kembali profesi-profesi kuno dengan sentuhan modern. Mereka menemukan bahwa kebebasan, otonomi, dan kepuasan pribadi jauh lebih berharga daripada status atau jabatan di kantor. 

Ini adalah bukti bahwa masa depan kerja tidak hanya terletak pada teknologi canggih, tetapi juga pada keahlian, kreativitas, dan keberanian untuk membuat jalan sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun