Di era modern ini, pendidikan dan teknologi berjalan beriringan. Perangkat digital bukan lagi barang mewah, melainkan kebutuhan. Salah satu perangkat yang sering disebut-sebut sebagai solusi ideal untuk pendidikan adalah Chromebook.Â
Dengan harganya yang terjangkau dan sistemnya yang ringan, Chromebook seolah menjadi jawaban atas tantangan kesenjangan teknologi di sekolah. Namun, di Indonesia, janji manis itu tidak semulus yang dibayangkan.Â
Perangkat ini justru menciptakan paradoks, di mana niat baik untuk memajukan pendidikan justru terhambat oleh realitas di lapangan. Narasi ini akan mengupas tuntas mengapa Chromebook, yang sukses di negara maju, justru menjadi masalah di Indonesia.
Janji Laptop Murah untuk Semua
Ide di balik Chromebook sangat sederhana yaitu membuat laptop yang murah dan mudah dipakai. Perangkat ini tidak membutuhkan spesifikasi tinggi karena sebagian besar pekerjaannya dilakukan di internet, atau yang sering kita sebut "cloud."Â
Semua data dan aplikasi penting seperti Google Docs, Google Sheets, dan Google Classroom disimpan di server Google, bukan di perangkat itu sendiri. Ini membuat Chromebook cepat, aman, dan hemat biaya.Â
Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Chromebook menjadi raja di ruang kelas. Sekolah membeli ribuan unit karena harganya yang terjangkau, perawatannya mudah, dan cocok untuk ekosistem pembelajaran Google.
Pemerintah dan lembaga pendidikan di Indonesia pun melihat potensi ini. Mereka berharap Chromebook bisa menjadi alat yang efektif untuk meratakan akses pendidikan digital. Program bantuan pengadaan Chromebook digulirkan.Â
Tujuannya mulia yaitu memastikan setiap siswa, dari Sabang sampai Merauke, memiliki akses yang sama ke sumber belajar berbasis digital.Â
Chromebook mulai berdatangan ke sekolah-sekolah di berbagai daerah, dari perkotaan hingga pelosok. Guru dan siswa menyambutnya dengan antusias. Mereka membayangkan kelas yang lebih interaktif dan modern.
Namun, antusiasme itu mulai memudar. Masalah pertama muncul bahkan sebelum perangkat itu dibuka dari kotaknya. Chromebook, pada dasarnya, adalah "laptop awan." Fungsinya sangat bergantung pada koneksi internet yang stabil.Â