Gerakan kaki yang sederhana namun unik itu sudah menjadi tradisi turun-temurun bagi para petani di Sumedang, khususnya di Dusun Cisurupan, Desa Sawahdadap, Kecamatan Cimanggung. Gerakan itu dikenal sebagai ngagarit-garit padi.Â
Jika diterjemahkan secara harfiah, ngagarit-garit berarti menggaris-garis, sedangkan padi tentu saja merujuk pada tanaman padi.Â
Jadi, ngagarit-garit padi adalah sebuah kegiatan menggaris-garis atau membuat jejak di antara tanaman padi dengan langkah kaki.
Tradisi ini bukan sekadar rutinitas biasa, melainkan sebuah kearifan lokal yang punya tujuan sangat penting yaitu mengendalikan hama tikus tanpa menggunakan pestisida kimia.Â
Saat padi sudah mulai berisi dan menguning, hama tikus menjadi ancaman terbesar. Mereka suka sekali bersarang di area sawah yang basah dan berlumpur.Â
Gerakan ngagarit-garit padi ini dilakukan oleh para petani dengan berjalan di sela-sela barisan padi. Langkah kaki mereka membuat jejak dan juga mengeringkan sedikit bagian sawah yang tergenang air.
Tujuan dan Manfaat Gerakan Ngagarit-garit Padi
Ngagarit-garit padi ini punya banyak manfaat. Pertama, gerakan ini bertujuan untuk mengganggu dan mengusir tikus. Tikus adalah hewan yang sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan.Â
Langkah kaki petani yang berulang-ulang di area yang sama akan membuat tikus merasa tidak nyaman.Â
Getaran dan jejak yang ditimbulkan dari langkah kaki ini seolah memberi sinyal bahaya bagi tikus. Mereka akan berpikir bahwa area tersebut tidak aman untuk dijadikan sarang.
Selain itu, tikus biasanya membangun sarangnya di tempat yang terlindung dan basah. Dengan ngagarit-garit padi, para petani secara tidak langsung sedang merusak kondisi ideal tempat tinggal tikus.Â