Bayangkan jika kebiasaan ini diikuti oleh seluruh siswa di Indonesia, atau bahkan seluruh masyarakat. Jumlah sampah yang bisa dikurangi akan sangat luar biasa.Â
Sungai-sungai akan lebih bersih, tanah tidak lagi tertutup sampah plastik, dan udara pun bisa menjadi lebih segar karena tidak ada pembakaran sampah yang menghasilkan polusi.
Gerakan ini juga mengajarkan kemandirian. Anak-anak belajar untuk mempersiapkan bekal mereka sendiri, atau setidaknya berpartisipasi dalam prosesnya.
Mereka belajar bertanggung jawab atas makanan dan wadah yang mereka bawa, serta dampak dari pilihan-pilihan kecil tersebut. Ini adalah pelajaran hidup yang tidak kalah penting dari pelajaran di dalam kelas.
Selain mengurangi sampah, membawa bekal sendiri juga mendorong pola makan sehat. Orang tua dapat memastikan bahwa makanan yang dibawa anak-anak adalah makanan bergizi dan bersih.Â
Ini merupakan nilai tambah yang tidak hanya baik untuk lingkungan, tetapi juga untuk kesehatan dan tumbuh kembang anak-anak.
Inisiatif ini juga menumbuhkan rasa kebersamaan. Para siswa saling mengingatkan dan mendukung satu sama lain untuk terus membawa bekal sendiri.Â
Mereka melihat teman-teman mereka melakukan hal yang sama, sehingga semangat untuk peduli lingkungan semakin kuat dan menular. Mereka adalah bagian dari komunitas yang peduli.
Para guru di SMP Plus Al Ghifari juga berperan penting dalam mendukung gerakan ini. Mereka tidak hanya memberikan contoh, tetapi juga menjelaskan mengapa penting untuk menjaga lingkungan.Â
Mereka menciptakan suasana sekolah yang mendukung kesadaran lingkungan, sehingga setiap siswa merasa termotivasi untuk berkontribusi.
Ini bukan sekadar aturan baru di sekolah, melainkan sebuah filosofi. Filosofi bahwa setiap individu, bahkan anak-anak, memiliki kekuatan untuk membuat perbedaan.Â