Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

MBG: Gizi Tak Kenal Tanggal Merah, Membangun Generasi Tangguh Lewat Piring Keluarga di Libur Sekolah

19 Juni 2025   12:38 Diperbarui: 19 Juni 2025   12:38 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Makan bergizi gratis (MBG). | KOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah

Liburan sekolah tahun 2025 sudah di depan mata. Mulai akhir Juni hingga sekitar 12 Juli, anak-anak di seluruh Indonesia akan menikmati jeda dari bangku sekolah. Momen ini tentu dinantikan, tapi ada satu hal penting yang tidak boleh ikut "libur": asupan gizi mereka. Di sinilah peran program pemerintah Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi krusial.

Biasanya, program makan gratis identik dengan hari-hari sekolah. Anak-anak mendapat jatah makanan di kantin atau ruang makan sekolah. Namun, liburan membawa tantangan baru. Saat anak-anak di rumah, siapa yang memastikan mereka tetap mendapat makanan bergizi yang cukup? Pertanyaan ini menjadi fokus utama dalam implementasi MBG selama masa liburan.

Pemerintah memahami bahwa kebutuhan gizi tidak mengenal tanggal merah. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak berhenti hanya karena sekolah libur. Justru, di masa libur, anak-anak mungkin lebih aktif bermain dan membutuhkan energi lebih. Jika asupan gizi terabaikan, bukan tidak mungkin kesehatan mereka menurun atau bahkan mengalami masalah gizi.

Oleh karena itu, ada penyesuaian strategi dalam pelaksanaan MBG di masa liburan. Ini bukan berarti program berhenti total. Justru, pendekatannya yang berubah. Fokus bergeser dari penyediaan makanan di sekolah menjadi dukungan agar piring keluarga tetap terisi dengan makanan bergizi.

Salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah penyaluran bantuan dalam bentuk bahan makanan pokok. Dengan begitu, orang tua atau wali bisa mengolahnya menjadi hidangan yang sesuai dengan selera dan kebiasaan makan keluarga. Ini juga memberikan fleksibilitas dan memastikan makanan segar dapat disiapkan setiap hari.

Pilihan lain adalah mekanisme voucher atau kartu elektronik yang dapat digunakan untuk membeli bahan makanan di toko-toko yang bekerja sama. Metode ini bertujuan untuk memberdayakan keluarga dalam memilih jenis makanan yang dibutuhkan, sembari tetap memastikan standar gizi terpenuhi. Pendekatan ini juga membantu menggerakkan ekonomi lokal.

Penyaluran dana tunai juga menjadi salah satu skema yang dibahas, meskipun dengan pengawasan ketat. Tujuannya adalah memberikan keleluasaan bagi keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, di samping kebutuhan dasar lainnya. Namun, penting untuk memastikan dana tersebut benar-benar dialokasikan untuk kebutuhan pangan bergizi.

Untuk memastikan program ini berjalan efektif, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Peran serta masyarakat, terutama melalui perangkat desa dan komunitas lokal, sangat dibutuhkan. Mereka bisa menjadi garda terdepan dalam mendata keluarga penerima dan memastikan bantuan tersalurkan tepat sasaran.

Sosialisasi juga menjadi kunci. Orang tua perlu diberi pemahaman tentang pentingnya gizi seimbang, bahkan di masa liburan. Penyuluhan gizi sederhana dapat diselenggarakan di tingkat RT/RW atau melalui media sosial. Materi tentang menu bergizi murah dan mudah dibuat di rumah juga sangat bermanfaat.

Selain itu, perlu ada mekanisme pemantauan dan evaluasi yang transparan. Data tentang jumlah keluarga yang menerima bantuan, jenis bantuan yang disalurkan, dan dampaknya terhadap status gizi anak-anak harus dikumpulkan secara berkala. Ini penting untuk mengidentifikasi kendala dan melakukan perbaikan di masa mendatang.

Kolaborasi dengan puskesmas atau tenaga kesehatan juga bisa diperkuat. Mereka dapat memberikan konsultasi gizi gratis atau melakukan penimbangan rutin untuk memantau tumbuh kembang anak. Ini membantu mendeteksi dini jika ada masalah gizi yang muncul selama masa liburan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun