Rasanya lebih nyata, dan kadang dianggap lebih cepat untuk kirim pesan singkat. Ini juga mengurangi salah ketik dan memberikan rasa puas saat jari-jari bergerak di atas tombol-tombol kecil itu.
Selain itu, ada masalah daya tahan baterai. HP BlackBerry lawas terkenal punya baterai yang tahan lama. Ini sangat beda dengan smartphone modern yang sering harus diisi dayanya berkali-kali sehari karena banyak dipakai aplikasi.Â
Dengan BlackBerry, Gen Z tidak perlu khawatir baterai habis di tengah kegiatan, membuat mereka lebih bebas dari keharusan mengisi daya terus-menerus.
Privasi juga jadi hal penting yang dipikirkan. Di zaman di mana data pribadi sering jadi barang dagangan, BlackBerry dulu dikenal punya sistem keamanan yang kuat, terutama di masanya.Â
Walaupun teknologi keamanan sudah jauh berkembang, kesan BlackBerry sebagai ponsel yang "aman" masih melekat dan menarik perhatian Gen Z yang sangat peduli dengan privasi mereka di dunia digital.
Lebih dari sekadar fitur, memilih BlackBerry lawas adalah sebuah gaya hidup. Ini adalah bentuk perlawanan kecil terhadap kebiasaan konsumsi digital yang merajalela.Â
Gen Z menunjukkan bahwa mereka tidak selalu ikut tren yang umum, bahwa mereka berani beda, dan bahwa mereka punya prioritas yang lebih penting daripada sekadar punya HP paling baru. Ini adalah sebuah pernyataan gaya yang unik.
Pilihan ini juga menunjukkan keinginan Gen Z untuk kembali ke inti komunikasi. Di tengah banyaknya informasi dan interaksi online, kadang kita lupa bahwa komunikasi yang paling berarti adalah tatap muka dan ngobrol langsung.Â
Dengan BlackBerry, interaksi di dunia maya jadi terbatas, memaksa mereka untuk lebih sering berinteraksi langsung dengan teman dan keluarga.
Fenomena ini juga bisa dilihat sebagai bagian dari gerakan digital minimalism. Ide ini menyarankan kita untuk hanya memakai teknologi yang benar-benar memberi nilai tambah dalam hidup, dan membuang yang tidak perlu.Â
BlackBerry, dengan fiturnya yang sederhana, sangat cocok dengan ide ini. Ini membantu Gen Z mengurangi beban pikiran karena terlalu banyak informasi.