Gagasan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, untuk menggelar program pembinaan karakter berbasis militer bagi puluhan pelajar tingkat SMP yang dinilai sulit dikendalikan, memantik diskusi hangat.Â
Program yang dilaksanakan pada Kamis, 1 Mei 2025, di Resimen Artileri Medan 1 Sthira Yudha, Batalyon Armed 9, Purwakarta, Jawa Barat ini, mengusung harapan untuk menanamkan disiplin, tanggung jawab, dan akhlak mulia melalui pendekatan ala militer.Â
Namun, di balik niat mulia tersebut, muncul pertanyaan krusial yakni kapankah batasan antara pendidikan karakter yang efektif dan potensi terjadinya indoktrinasi ala militer menjadi kabur?
Program pembinaan karakter berbasis militer ini, sebagaimana dilansir dari Kompas.com, secara spesifik menyasar siswa-siswa yang menghadapi tantangan perilaku di lingkungan sekolah maupun rumah.Â
Pemilihan metode militer sebagai medium pembinaan didasarkan pada asumsi bahwa struktur, kedisiplinan, dan penanaman nilai-nilai kepatuhan yang melekat pada dunia militer dapat memberikan dampak positif bagi pembentukan karakter siswa-siswa tersebut.Â
Kendati demikian, implementasi pendekatan ini memerlukan kehati-hatian agar esensi pendidikan karakter yang bertujuan untuk mengembangkan pemikiran kritis dan kemandirian tidak tereduksi menjadi kepatuhan buta terhadap otoritas.
Artikel ini akan mengurai lebih lanjut mengenai potensi manfaat dan risiko dari program pembinaan karakter berbasis militer ini, dengan fokus pada identifikasi "garis tipis" yang memisahkan pembentukan karakter positif dengan kemungkinan terjadinya indoktrinasi yang justru kontraproduktif terhadap tujuan pendidikan yang sebenarnya.Â
Potensi Manfaat Penerapan Disiplin Militer dalam Pembentukan Karakter Siswa
Salah satu potensi utama dari penerapan disiplin militer dalam konteks pembentukan karakter siswa adalah terciptanya struktur dan rutinitas yang jelas. Lingkungan militer sangat menekankan pada jadwal yang teratur dan pelaksanaan tugas sesuai prosedur.Â
Bagi siswa yang mungkin kesulitan dalam mengatur diri dan mengikuti aturan, paparan terhadap struktur ini diharapkan dapat membantu mereka mengembangkan kebiasaan positif, meningkatkan kemampuan manajemen waktu, serta menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap setiap tugas yang diemban. Keteraturan ini dapat menjadi fondasi penting bagi perkembangan karakter yang terorganisir dan bertanggung jawab di berbagai aspek kehidupan.
Lebih lanjut, interaksi dalam lingkungan militer seringkali menuntut adanya kerja sama tim yang solid dan kepemimpinan yang efektif. Melalui berbagai simulasi dan kegiatan kelompok yang dirancang dalam program ini, siswa berpotensi belajar untuk menghargai peran dan kontribusi masing-masing anggota tim.Â