Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tradisi Ramadan di Rusia: Menanti Lentera Masjid, Riang Anak-Anak Rusia, Kabarkan Waktu Berbuka Tiba

13 Maret 2025   07:00 Diperbarui: 13 Maret 2025   07:00 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Masjid Katedral Moskow Rusia. | Image by Unsplash/Photo 11

Ramadan di Rusia, sebuah pengalaman yang tak terlupakan bagi sahabat saya yang tengah menimba ilmu di negeri beruang merah itu. Suasana kota yang biasanya ramai dan dipenuhi salju, berubah menjadi lebih syahdu dan khusyuk. Meskipun minoritas, umat Muslim di Rusia tetap menjalankan ibadah puasa dengan penuh semangat.

Sahabat saya bercerita, perbedaan waktu yang signifikan antara Rusia dan Indonesia menjadi tantangan tersendiri. Durasi puasa yang lebih panjang, ditambah cuaca dingin yang menusuk tulang, menguji kesabaran dan ketahanan fisik. Namun, semua itu terbayar dengan indahnya kebersamaan dan kekhusyukan ibadah.

Di awal Ramadan, masjid-masjid di kota tempat sahabat saya tinggal mulai dipenuhi jamaah. Suara lantunan ayat suci Al-Qur'an terdengar merdu, mengisi keheningan malam yang panjang. Suasana tarawih yang khusyuk, serta ceramah-ceramah singkat yang menyentuh hati, memberikan energi positif bagi para jamaah.

Salah satu tradisi unik yang sangat berkesan bagi sahabat saya adalah tradisi menanti lentera masjid sebagai penanda waktu berbuka. Di beberapa masjid, terutama yang memiliki menara tinggi, lampu-lampu akan dinyalakan saat waktu maghrib tiba. Ini menjadi sinyal bagi umat Muslim untuk segera berbuka puasa.

Anak-anak kecil di sekitar masjid sangat antusias dengan tradisi ini. Mereka akan berlarian di sekitar masjid, menanti-nanti cahaya lentera yang menyala. Saat lampu-lampu itu akhirnya menyala, mereka akan berteriak gembira dan berlari pulang, mengabarkan kepada keluarga bahwa waktu berbuka telah tiba.

Sahabat saya merasa terharu melihat keceriaan anak-anak tersebut. Tradisi sederhana ini, menurutnya, memiliki makna yang sangat dalam. Ini bukan hanya tentang penanda waktu, tetapi juga tentang kebersamaan, harapan, dan kebahagiaan.

Lentera masjid, bagi sahabat saya, bukan sekadar lampu penerang. Lentera itu adalah simbol harapan, simbol kebersamaan, dan simbol kebahagiaan yang terpancar dari wajah anak-anak.

Keceriaan anak-anak Rusia dalam menyambut waktu berbuka menjadi pemandangan yang menghangatkan hati. Mereka tidak hanya menunggu lentera masjid menyala, tetapi juga aktif mengabarkan kepada orang-orang di sekitar bahwa waktu berbuka telah tiba.

Sahabat saya sering melihat anak-anak berlari dari rumah ke rumah, berteriak "Waktu berbuka sudah tiba!" dengan suara lantang. Mereka seolah menjadi "pembawa kabar gembira" bagi komunitas Muslim di sekitar masjid.

Tradisi ini, menurut sahabat saya, mencerminkan semangat berbagi dan kebersamaan yang kuat di antara umat Muslim Rusia. Anak-anak dengan polosnya menjalankan peran penting dalam tradisi Ramadan, mengingatkan orang dewasa tentang pentingnya berbagi kebahagiaan.

Sahabat saya juga mengamati, anak-anak ini sangat menghormati orang yang lebih tua. Mereka akan menyapa orang dewasa dengan sopan, mengucapkan "Ramadan Mubarak" dengan senyum ceria.

Keterlibatan anak-anak dalam tradisi Ramadan, menurut sahabat saya, adalah cara yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai agama dan budaya sejak dini. Mereka belajar tentang pentingnya berbagi, kebersamaan, dan saling menghormati.

Saat waktu berbuka tiba, suasana di sekitar masjid menjadi sangat ramai. Orang-orang berbondong-bondong menuju masjid untuk melaksanakan shalat maghrib dan berbuka puasa bersama.

Masjid-masjid di Rusia biasanya menyediakan hidangan berbuka puasa gratis bagi para jamaah. Menu yang disajikan bervariasi, mulai dari kurma, sup hangat, hingga hidangan khas Rusia yang disesuaikan dengan selera Muslim.

Sahabat saya merasa takjub dengan keragaman hidangan yang disajikan. Ini menunjukkan betapa umat Muslim di Rusia sangat terbuka terhadap budaya lokal, namun tetap mempertahankan identitas keislaman mereka.

Suasana berbuka puasa bersama di masjid sangat hangat dan penuh keakraban. Orang-orang dari berbagai latar belakang berkumpul, berbagi cerita, dan menikmati hidangan berbuka bersama.

Sahabat saya merasa seperti berada di rumah sendiri. Meskipun jauh dari keluarga, ia merasakan kehangatan dan kebersamaan yang luar biasa.

Selain tradisi menanti lentera masjid dan berbuka puasa bersama, sahabat saya juga mengikuti berbagai kegiatan Ramadan lainnya. Ia aktif mengikuti kajian-kajian keagamaan, tadarus Al-Qur'an, dan kegiatan sosial yang diadakan oleh komunitas Muslim setempat.

Sahabat saya juga berkesempatan untuk mengunjungi beberapa masjid bersejarah di Rusia. Ia takjub dengan arsitektur masjid yang indah, yang mencerminkan kekayaan budaya Islam di Rusia.

Di malam hari, suasana kota menjadi lebih hidup. Pasar-pasar malam Ramadan bermunculan, menjual berbagai macam makanan, minuman, dan pernak-pernik khas Ramadan.

Sahabat saya memanfaatkan momen ini untuk berbelanja oleh-oleh khas Rusia untuk keluarga dan teman-temannya di Indonesia. Ia juga mencoba berbagai macam hidangan khas Rusia yang hanya ada saat Ramadan.

Sahabat saya merasa bersyukur bisa merasakan pengalaman Ramadan yang berbeda di Rusia. Ia belajar banyak tentang toleransi, kebersamaan, dan pentingnya menjaga tradisi.

Pengalaman Ramadan di Rusia, bagi sahabat saya, adalah sebuah perjalanan spiritual yang tak terlupakan. Ia merasakan kedamaian dan ketenangan hati, meskipun berada di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas non-Muslim.

Sahabat saya berharap, kisah Ramadan di Rusia ini dapat menginspirasi orang lain untuk selalu menjaga semangat kebersamaan dan toleransi, di mana pun berada.

Ramadan di Rusia, menurut sahabat saya, adalah bukti bahwa Islam adalah agama yang universal, yang dapat beradaptasi dengan berbagai budaya dan tradisi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun