Kegagalan Timnas Indonesia U-20 di Piala Asia U-20 2025 menjadi pukulan telak bagi harapan sepak bola nasional.
Hasil imbang 0-0 melawan Yaman U-20, yang seharusnya bisa dimenangkan, menjadi penutup perjalanan memilukan Jens Raven dan rekan-rekan di turnamen tersebut.
Dengan hanya mengantongi 1 poin dari tiga pertandingan, setelah sebelumnya takluk dari Iran (0-3) dan Uzbekistan (1-3), Timnas U-20 harus pulang dengan kepala tertunduk.
Kegagalan ini bukan sekadar tentang hasil akhir, tetapi juga mencerminkan permasalahan mendasar dalam pembinaan sepak bola usia muda di Indonesia.
Evaluasi menyeluruh menjadi sebuah keniscayaan, bukan hanya untuk mencari kambing hitam, tetapi untuk menemukan solusi jangka panjang demi kebangkitan Timnas U-20.
Beberapa Faktor yang Diduga Menjadi Penyebab Kegagalan Ini
Persiapan yang kurang optimal menjadi salah satu faktor utama. Meskipun telah dilakukan persiapan, kesenjangan dalam kesiapan taktis dan mental masih terasa.Â
Waktu persiapan yang dirasa kurang maksimal, dengan berbagai faktor yang mempengaruhi, turut memperburuk situasi. Kualitas lawan yang tangguh, seperti Iran dan Uzbekistan, dengan pengalaman internasional yang lebih banyak, menjadi tantangan berat.Â
Tim-tim Timur Tengah juga terkenal dengan postur tubuh yang lebih besar dari rata-rata pemain Timnas U-20, sehingga menyulitkan dalam duel fisik.
Masalah taktis dan strategi juga menjadi sorotan. Evaluasi mendalam perlu dilakukan terhadap strategi yang diterapkan, termasuk formasi, transisi permainan, dan efektivitas serangan. Kurangnya variasi serangan membuat tim mudah dibaca oleh lawan.Â
Mental pemain turut berperan dalam kegagalan ini. Tekanan dan ekspektasi yang tinggi mungkin mempengaruhi performa pemain di lapangan. Mental yang kurang siap untuk menghadapi tekanan dari tim lawan juga menjadi masalah.