Mohon tunggu...
Juilchris Ester Mirino
Juilchris Ester Mirino Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis menggunakan logat atau dialeg papua didalam tulisan ini guna menarik pembaca dari teman-teman timur agar bisa meningkatkan minat baca. Berikut ini adalah dialeg atau logat papua yang dipakai di dalam tulisan penulis, terlampir dibawah ini : Sa = Saya. Ko = Kamu, Anda. Tra = Tidak. Trapapa = Tidak Apa-apa. Su = Sudah. Jang = Jangan. Deng = Dengan. Tong = Kita. Tra Bisa = Tidak Bisa. De = dia Terima Kasih.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Apa Itu Toxic Parents?

15 April 2021   19:10 Diperbarui: 15 April 2021   19:14 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap anak tentunya selalu mengharapkan kasih sayang dan kepedulian dari kedua orangtuanya. Tetapi, bagaimana jika orangtua memberikan perlakuan yang toxic dan menyakitkan bagi sang anak?

Perkataan kasar yang secara sengaja atau tidak sengaja ditujukan pada anak akan menyebabkan perasaan mereka terluka. Perilaku toxic itu juga akan membekas dalam memori yang bersifat sementara ataupun seumur hidup.

Dokpri
Dokpri
Padahal, cara orangtua membesarkan anak dan berperilaku di depan mereka adalah fondasi utama yang akan membentuk kepribadian dan harga diri mereka. Sebagai orangtua, penting bagi Anda untuk mengenali perlakuan seperti apa yang tanpa disadari dapat menyakiti hati anak dan memengaruhi pembentukan karakternya. 

 Toxic parents adalah tipe orang tua yang mengatur anak sesuai dengan kemauannya tanpa menghargai perasaan dan pendapat sang anak. Kondisi ini bisa membuat anak merasa terkekang dan ketakutan. Bahkan, tak jarang anak tumbuh menjadi pribadi yang sering menyalahkan diri sendiri dan memiliki rasa percaya diri yang rendah.

Dokpri
Dokpri
Penyebab Toxic Parents

Misalnya, jika masa kecil orangtua memiliki traumatis, membawa luka akibat pengasuhan yang tidak benar atau disfungsional dalam keluarga, maka toxic parent juga bisa terjadi. Ketika luka lama itu belum sembuh, orangtua dapat melukai anak dengan cara yang sama seperti yang dulu pernah dialaminya.

Dokpri
Dokpri
Apa itu Keluarga toxic?

 Istilah ini sebenarnya merujuk pada perlakuan anggota keluarga yang bisa saling menyakiti, termasuk pada anak. Baik secara fisik, mental, psikologi dan emosi. Pelakunya tentu saja anggota keluarga sendiri.  Singkatnya, maksud dari toxic family atau keluarga yang toxic adalah kondisi keluarga yang kurang baik.

Dokpri
Dokpri
 Berikut adalah delapan tanda perilaku toxic yang dilakukan orangtua terhadap anak, 

 1. Mengajukan Pertanyaan Provokatif

 Mengajukan pertanyaan bersifat provokatif terhadap suatu tindakan atau perilaku anak juga merupakan perlaku toxic. Misalnya, dengan mengatakan “mengapa kamu bertindak aneh?” atau “mengapa cara jalan, makan, atau caramu berbicara seperti itu?”.

Dokpri
Dokpri
Anak cenderung akan mempercayai setiap perkataan orangtuanya, sehingga pertanyaan yang sifatnya memprovokasi, menuduh, atau menyindir sang anak akan membuat mereka merasa bahwa ada yang salah dengan diri mereka. Hal ini akan menyulitkan mereka menjadi diri sendiri saat berada di tengah orang lain, bahkan saat beranjak dewasa. Anak mungkin akan merasa terjebak dan cemas akan cemooh orang lain terhadap ‘kekurangan’ yang diciptakan orangtuanya sendiri.

 2. Melecehkan Fisik Anak

 Merendahkan anak sendiri dengan berkata 'kamu jelek', 'terlalu gemuk', 'terlalu pendek', 'terlalu kurus', atau pernyataan yang menyerang penampilan fisik, kemungkinan besar akan meningkatkan rasa ketidakpercayaan diri mereka.

Dokpri
Dokpri
Anak akan merasa khawatir dengan bentuk tubuh mereka dan akhirnya mengacu pada berbagai masalah emosional, seperti gangguan pola makan. Orangtua seharusnya bertanggung jawab untuk mengajarkan anak tentang cara mencintai diri sendiri, tidak peduli bagaimanapun penampilan luar mereka.

 3. Ucapan Menyakitkan

 Orangtua tidak sepantasnya melontarkan kalimat, seperti 'saya berharap kamu tidak pernah lahir', 'saya menyesal melahirkanmu', atau 'saya harap kamu anak yang berbeda' kepada anak, bahkan ketika mereka melakukan kesalahan. Hal itu akan membuat anak merasa bahwa mereka tidak sepantasnya terlahir di dunia, atau merasa tidak pantas untuk hidup.

Dokpri
Dokpri
Ucapan-ucapan seperti itu akan sangat berbahaya terhadap mental anak ataupun manusia pada umumnya. Mereka akan berkecil hati dan tidak lagi menjadi diri sendiri, dan dapat berujung pada tindakan menyakiti diri sendiri atau masuk ke tahap awal depresi. Orangtua harusnya membuat anak merasa dicintai dan berharga.

 4. Membandingkan dengan Anak Lain

 Selalu membandingkan anak Anda dengan saudara kandung, sepupu, keponakan, atau anak teman Anda akan mengurangi rasa percaya diri dan harga diri mereka. Ini akan membuat mereka berpikir bahwa mereka tidak cukup baik bagaimanapun usahanya.

Dokpri
Dokpri
Selain itu, membandingkan anak dengan saudara kandungnya sendiri akan berakibat pada hubungan yang tidak sehat antara mereka. Akan muncul rasa iri dengki karena tidak diperlakukan sama oleh orang tuanya. Orangtua harus memberikan ruang kepada anak untuk membangun identitas mereka masing-masing.

 5. Menganggap Anak Sebagai Beban

 'Kamu membuat saya mengeluarkan banyak uang', 'sulit sekali merawatmu', atau 'kamu melelahkanku' adalah kalimat yang membuat anak merasa kehadirannya sebagai beban bagi orangtua.

Dokpri
Dokpri
Anak akan secara tak sadar merasa tertekan, menyembunyikan perasaan dan masalah yang dihadapinya hanya untuk menghindari perilaku tidak menyenangkan dari orang tuanya. Nemours, lembaga non-profit kesehatan anak menyatakan bahwa kurangnya kasih sayang dan kebutuhan material akan menyebabkan anak mudah berperilaku kasar dan mencuri.

  6. Mengancam Meninggalkan, Tak dianggap Sebagai Anak

 Saat sedang marah, manusia bisa saja lepas kendali dan mengeluarkan ucapan yang tak pantas, begitu juga dengan orangtua. Kata-kata 'saya akan meninggalkanmu', 'kamu akan saya kurung', kamu bukan anak saya  atau 'saya akan pergi dan menghilang dari hadapanmu' akan mengakibatkan anak merasa terabaikan.

Dokpri
Dokpri
Anak akan merasa, cepat atau lambat orang yang mereka sayangi akan meninggalkan mereka karena jati diri mereka. Perasaan ini akan tertanam dalam pikiran mereka hingga ketika dewasa, mereka akan mengalami krisis kepercayaan terhadap pasangannya karena takut ditinggalkan, sehingga sulit untuk memiliki hubungan yang stabil dan bahagia.

 7. Penghinaan Verbal

Dokpri
Dokpri
Perkataan kasar yang begitu nyata, seperti “kamu bodoh”, “tidak berguna”, “pecundang”, atau “kamu tidak akan sukses” akan merusak harga diri anak. Sebaliknya, penting bagi orangtua untuk selalu mendukung anak agar selalu percaya diri.

 8. Janji Palsu

 Jangan membiasakan diri memberi janji palsu kepada anak, misalnya dengan berkata ;kalau kamu lakukan tugasmu, nanti dibelikan hadiah', atau 'kita pergi ke sana lain kali saja', tapi pada akhirnya tidak menepatinya. Perilaku ini juga akan mengakibatkan anak merasa dikhianati dan mengajarkannya untuk tidak mudah percaya sehingga memengaruhi hubungannya dengan orang-orang di sekitarnya.

Dokpri
Dokpri
Meskipun perkataan tidak melukai anak secara fisik, tetapi itu akan memengaruhi kesehatan psikis dan emosional mereka. Masa kanak-kanak adalah bagian penting dalam kehidupan manusia yang membentuk kepribadian, sikap, dan keyakinan seseorang.

Dokpri
Dokpri
Untuk itu, sebagai orangtua atau calon orangtua, Anda harus terlebih dahulu mempertimbangkan cara berkomunikasi yang tepat dengan buah hati agar tidak berujung sebagai toxic parent.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun