Mohon tunggu...
Julius Deliawan A.P
Julius Deliawan A.P Mohon Tunggu... https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Julius Deliawan A.P adalah seorang guru dan penulis reflektif tentang pendidikan, sejarah, kemanusiaan, sosial dan politik (campur-campurlah). Lewat tulisan, mencoba menghubungkan pengalaman di kelas dengan isu besar yang sedang terjadi. Mengajak pembaca bukan hanya berpikir, tetapi juga bertindak demi perubahan yang lebih humanis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ronda Malam : Bukan Sekedar Jaga Keamanan, Tapi Ajang Kebersamaan

12 September 2025   07:05 Diperbarui: 11 September 2025   23:13 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah kita merasa tinggal di lingkungan yang ramai, namun terasa sepi? Bertahun-tahun tinggal berdampingan, tapi nyaris tak pernah benar-benar saling mengenal? Saya pun begitu, hingga suatu masa, kami, para warga di kompleks perumahan, mencoba menghidupkan kembali kegiatan ronda malam.

Awalnya, ronda terasa seperti tugas tambahan yang melelahkan. Lagipula, kompleks kami sudah memiliki satpam lingkungan dan satpam RW yang berjaga penuh waktu. Tetapi karena itulah, peran kami sebagai warga lebih ringan: kami bukan penjaga utama, melainkan pendukung, support system yang hadir untuk menunjukkan bahwa keamanan adalah tanggung jawab bersama.

Yang mengejutkan, dari aktivitas sederhana itu justru tumbuh sesuatu yang tak kami duga: rasa kebersamaan yang hangat. Ronda malam perlahan menjadi ruang sosial baru yang tidak pernah kami punya sebelumnya. Kami datang sekuatnya, tidak harus begadang sampai pagi. Beberapa datang hanya satu atau dua jam, sekadar mampir setelah makan malam, membawa termos kopi atau camilan kecil. Di pos ronda, kami duduk melingkar, bermain catur, menertawakan hal-hal sepele, atau membahas hal serius yang selama ini tidak pernah sempat terucap.

Di luar ronda, kami hanya saling sapa sepintas, di pagi hari saat berangkat kerja, atau saat bertemu di gerbang saat akhir pekan. Namun saat ronda, tembok antar-rumah seperti runtuh. Kami bukan lagi sekadar penghuni yang berdampingan, melainkan sahabat yang saling mendengarkan.

Sayangnya, seiring waktu dan kesibukan, kegiatan itu perlahan menghilang. Tapi kenangan kebersamaan itu tetap hangat di ingatan saya. Karena pada akhirnya, ronda malam bukan hanya soal menjaga lingkungan dari pencurian atau gangguan keamanan, ronda adalah cara kami menjaga ikatan sosial yang rapuh namun penting. Ia menghadirkan kembali rasa saling percaya, rasa memiliki, dan rasa "kami" yang sering terlupakan dalam hiruk-pikuk hidup perkotaan.

Kini ketika wacana menghidupkan kembali siskamling muncul, saya berharap bukan hanya keamanan yang jadi alasan utama. Semoga ronda kembali hadir bukan sebagai kewajiban, melainkan sebagai ruang perjumpaan, tempat tawa, cerita, dan kehangatan bisa tumbuh di antara para tetangga yang selama ini hanya saling menyapa dari jauh.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun