Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jeda yang Menghangatkan Keluarga

18 Februari 2018   17:54 Diperbarui: 7 Maret 2018   10:50 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"I Love You Papa," ungkapan itu tiap malam kudengar, saat  anak-anakku berpamitan menuju ke kamar tidurnya. Kukecup kening mereka satu persatu. Sebelum berlalu, biasanya mereka mengajukan satu dua permintaan. Permintaan mereka, cukup kujawab dengan sekali acungan jempol, "ok!"  Mereka puas, lantas meninggalkan ruang kerjaku.

"Nanti papa ke kamar kita ya sebelum tidur! "

"Jangan lupa ya besok bangunin kita!"

Dua permintaan itu sering mereka ajukan. Tidak sulit  memenuhinya, maka acungan jempol tanda setuju selalu mantap menjadi jawabanku. Kamar mereka dengan ruang kerjaku bersebelahan, jadi aku selalu dapat mendengar apa yang mereka perbincangkan. Sebelum ritual menjenguk dan menunggu mereka hingga tertidur, sepertinya belum sah aktivitas hari itu. Mereka tidak akan segera terlelap, meski malam terus beranjak. Ada saja alasannya untuk keluar kamar, mengganggu aktivitasku.

Adakalanya, istriku mengingatkan. Tetapi itu tidak terlalu ampuh. Cara ampuhnya cukup sederhana. Aku hanya perlu menghentikan aktivitasku sejenak, masuk ke kamar mereka. Berbaring sebentar. Tidak perlu menunggu lama, dapat dipastikan tidak ada lagi suara becandaan diantara ketiga gadis-gadis kecilku. Semudah itu.

Mudah, tetapi memang tidak selalu menyenangkan. Anak-anakku selalu menjeda pekerjaanku. Juga barangkali kesukaanku. Semacam rutinitas. Tetapi istriku selalu mengingatkan: "semua ada masanya." Saat ini, begitulah mereka. "Lagian apa susahnya sih." Istriku menambahkan.

Dulu aku pernah ngotot pada istriku, anak-anak tidak perlu tidur dikamar mereka. Biarkan mereka sampai menginginkannya sendiri, tidak perlu dipaksa. Istriku setuju, ia dapat memahami keinginanku. Sebagai guru, aku berangkat kerja jam setengah lima pagi dan sampai rumah paling cepat jam lima petang. Beristirahat sebentar, malam. Tidak banyak waktuku dengan anak-anak. Kesempatanku, hanya disaat mengantarkan mereka terlelap. Aku kuatir mereka tidak mengenal ayahnya dengan baik.

Kini, anak-anak tidur di kamar mereka. Bertiga. Kakaknya, yang duduk di kelas 5 SD awalnya yang mau. Adik-adiknya pun mengikuti. Pertimbangan kami benar, ada masanya. Rasanya masa-masa itu juga berlalu dengan cepat. Tetapi meninabobokan mereka, masih menjadi kebiasaan.  Jeda barang lima hingga sepuluh menit untuk mereka, gadis-gadisku.

Memasuki kamar mereka, aku selalu disambut. "Yeeee...!" Senyum mengembang dari bibir mereka. Senyum tanpa setingan seperti banyak aktivitas senyuman orang dewasa. Adakalanya itu membawa haru, melenyapkan lelah. 

Meski tidak selalu. Karena urusan-urusan orang dewasa yang membebani. Tetapi meski tidak selalu, saat-saat seperti itu memang sangat membantu dalam meringankan langkah aktivitasku selanjutnya. Aku semakin meyakini, untuk menciptakan kehangatan keluarga kita memang perlu jeda sejenak. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun