Mohon tunggu...
Juannico AlQodir
Juannico AlQodir Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menghadapi Anak yang suka Membangkang: Strategi BK dalam Mengelola Perilaku di SD/MI

14 April 2025   19:08 Diperbarui: 14 April 2025   21:52 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di bangku Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI), perilaku anak belum sepenuhnya stabil. Periode usia ini merupakan fase emas dalam perkembangan karakter dan kepribadian anak. Namun, tidak sedikit guru yang dibuat pusing oleh siswa yang tampaknya "membangkang"---tidak mau mengikuti aturan, sering membantah, atau menolak tugas. Tantangannya, bagaimana menyikapi mereka secara bijak?

Sebagai guru atau orang tua, kita perlu memahami bahwa perilaku membangkang tidak serta-merta berarti anak "nakal." Bisa jadi, itu adalah cara mereka mengekspresikan perasaan yang tidak mampu mereka ucapkan dengan kata-kata. Di sinilah peran guru Bimbingan dan Konseling (BK) menjadi krusial dalam memberikan pendekatan yang tepat, bukan dengan hukuman, tapi dengan pemahaman dan pendampingan.

Membangkang: Gejala atau Sinyal Minta Tolong?

Anak membangkang bukan hanya soal tidak patuh. Banyak kasus menunjukkan bahwa perilaku ini bisa menjadi gejala dari tekanan lain---baik dari rumah, pertemanan, atau tuntutan akademik. Misalnya, anak yang merasa terus-menerus gagal di pelajaran bisa mulai menolak tugas. Anak yang kurang perhatian di rumah bisa mencoba "menarik perhatian" di sekolah dengan cara yang salah.

Guru BK memiliki keahlian untuk menggali latar belakang ini. Lewat observasi dan pendekatan individual, guru BK bisa mengidentifikasi apakah perilaku membangkang tersebut berkaitan dengan kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi, kecemasan, bahkan bullying yang tidak terlihat di permukaan.

Strategi BK dalam Mengelola Perilaku Membangkang

  • Membangun Relasi yang Aman
    Guru BK perlu menciptakan hubungan yang membuat anak merasa aman untuk terbuka. Anak tidak akan mau berbicara jika ia merasa akan dihakimi atau dihukum. Komunikasi empatik menjadi kunci awal perubahan.
  • Pendekatan Individual
    Setiap anak itu unik. Strategi pendekatan pun harus disesuaikan. Beberapa anak perlu didekati lewat percakapan santai, sementara yang lain mungkin lebih nyaman lewat aktivitas bermain atau menggambar.
  • Melibatkan Guru Kelas dan Orang Tua
    Konseling tidak akan efektif jika hanya dilakukan di ruang BK. Butuh kolaborasi. Guru kelas dan orang tua bisa diajak berdiskusi untuk menyamakan strategi dan pendekatan yang konsisten.
  • Latihan Keterampilan Sosial dan Emosional
    Sering kali anak membangkang karena tidak tahu cara mengelola emosi atau menyampaikan keinginannya secara sehat. BK bisa memberikan pelatihan kecil tentang bagaimana mengungkapkan perasaan, mengatakan "tidak" secara sopan, atau menyelesaikan konflik.


Mengubah Tantangan Jadi Peluang

Anak yang terlihat sulit diatur bukanlah beban, melainkan peluang untuk pembentukan karakter yang lebih kuat. Dalam jangka panjang, anak-anak ini justru bisa tumbuh menjadi pribadi yang kritis dan tegas, asalkan diarahkan dengan benar.

Guru BK memiliki peran istimewa dalam proses ini: bukan sebagai "penghakim perilaku", tetapi sebagai pendamping tumbuh-kembang karakter anak. Dibutuhkan kesabaran, konsistensi, dan pendekatan yang manusiawi agar anak bisa merasa diterima, bukan dijauhi.

Perilaku membangkang pada siswa SD/MI bukanlah akhir dari segalanya. Justru di sinilah guru BK memainkan peran penting untuk menjembatani kesalahpahaman yang sering terjadi antara siswa dan lingkungan sekolah. Saat anak didampingi dengan kasih dan pengertian, ia tidak hanya akan berubah, tapi juga akan belajar cara membangun dirinya secara positif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun