Mohon tunggu...
Juan Manullang
Juan Manullang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus FH Unika ST Thomas Sumut IG: Juandi1193 Youtube: Juandi Manullang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Artis Ramai Masuk Politik, Harus Miliki Bekal dan Pengalaman?

14 September 2020   23:30 Diperbarui: 14 September 2020   23:32 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Lucky Hakim bersama Nina Agustin Dai Bachtiar menerima surat rekomendasi dari Gerindra, Kompas.com/ALWI

Judul tersebut sesuai dengan judul yang penulis kutip dari Kompas.com, 14/9. Hal itu terkait ramainya artis ikut dalam setiap kontestasi politik seperti pilkada maupun pemilu.

Sederet nama meramaikan pilkada salah satunya adalah Sahrul Gunawan, pesinetron yang menjadi wakil Bupati Bandung Barat, berpasangan dengan Dadang Supriatna.

Masih ada juga nama-nama lain sebut saja Adly Fairuz, Lucky Hakim, Firman Mutakin dan lainnya.

Dengan kondisi itu semakin meyakinkan bahwa kontestasi politik begitu seksi dan diminati para artis-artis ibukota.

Butuh bekal dan pengalaman?

Pertanyaannya adalah apakah ramainya artis ikut kontestasi politik harus butuh bekal dan pengalaman?. Kalau penulis menjawab tentu harus.

Soalnya, bekal untuk mempelajari politik, bagaimana menjalankan amanah rakyat dan visi misi partai politik dan negara itu harus dipelajari sebagai sebelum menjadi kepala daerah.

Kalau boleh, pengalaman juga sudah dimiliki ketika mencalonkan diri sebagai kepala daerah. Sebagai sosok kepala daerah tidak mungkin hanya berbekal popularitas, gaya dan fisik semata. Itu akan membahayakan nasib rakyat.

Memimpin sebuah daerah apalagi negara sangat berat. Masyarakat yang dipimpin dan ingin disejahterakan juga sangat banyak. Kalau tidak punya pengalaman dan bekal maka dampak buruknya adalah ketika memimpin tidak tahu apa yang harus diperbuat. Tidak punya program yang bagus serta mengatur birokrasi pun jadi kesulitan.

Kalau ketika jadi pemimpin masih dalam tahap belajar, maka kurang tepat, sebab menjadi pemimpin bukanlah ajang coba-coba tapi punya kemampuan, integritas dan kapabilitas yang harus diterapkan di daerah yang dipimpin.

Tapi, apapun itu, kita tidak boleh melarang siapapun untuk ikut dalam kontestasi politik. Semua orang berhak untuk berpolitik dan tidak ada yang boleh melarang karena akan dianggap melanggar hak asasi manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun