5-P Cara Membuat Anak Bahagia
1. Penyertaan orangtua
Kehadiran orangtua begitu dinikmati oleh anak-anak. Sebaliknya orangtua akan mengalami kejenuhan dan terasa buang-buang waktu, saat menemani manusia kecil itu dalam kesehariannya. Maka muncul ide untuk menitipkan anaknya. Tapi hampir tak pernah ada orang yang ingin menitipkan emas atau berlian begitu saja. Manakah yang lebih berharga? Anak atau berlian?
2. Pelukan orangtua
Kehadiran tanpa kasih sayang dan rasa aman, maka tidak akan berdampak dalam perasaan anak. Meski orangtua sering memeluk anak, namun anak dalam dirinya akan merasakan, apakah ini pelukan dengan ketulusan ataukah hanya pura-pura semata. Ingat anak bisa merasakan. Jadi jangan sekadar memeluk anak. Ada pelukan karena rasa bersalah, kasihan, gemes atau dengan ketulusan. Â
3. Perhatian orangtua
Meski telah hadir atau sering memeluk, bukan berhati telah selesai tugas orangtua. Kadang anak berulah yang aneh-aneh, itu bukan sedang ekspresi kenakalannya. Anak hanya ingin mencari perhatian orangtuanya. Tidak lebih daripada 'caper aja'.
4. Peneladanan orangtua
Anak itu seorang pendengar yang buruk, namun seorang peniru yang baik. Anak lebih suka meniru perbuatan orangtuanya, daripada mendengar nasihatnya.
Contoh: Kalau ingin anak tidak melanggar rambu lalu lintas, orangtua pun jangan. Kalau ingin anak tidak main gawai terus menerus, orangtua pun jangan. Kalau ingin anak penyabar, orangtua pun demikian.
Sri Sultan Hamengkubuwono VIII Raja di Kesultanan Yogyakarta 1880-1939 pernah berkata, "Pengaruh suatu teladan yang baik jauh lebih bermanfaat daripada suatu teguran tajam." Dan Najwa Shihab mengingatkan, "Bagaimana anak muda bisa diam ketika aparat justru miskin teladan."
5. Petunjuk orangtua
Anak senang kalau orangtua yang 'dipercayainya' itu memberi masukan atau nasihat untuknya. Meski anak telah tahu jawabannya, kadang dia ingin pendapat orangtuanya. Kalau tidak dapat, maka akan mencari pendapat dari orang lain. Mungkin ini hanya untuk meneguhkan apa yang mau dikerjakannya itu.
Sebuah Kisah
Saat menulis artikel ini saya sedang di Samarinda. Beberapa waktu lalu diajak teman untuk masuk ke daerah pertambangan batu bara. Saat di mobil itu, lalu teman menceritakan kisah-kisah keluar masuk hutannya dengan melewati jalan-jalan yang tidak layak untuk dilewati.
Sampai sebuah kisah tentang temannya yang naik motor dari Kalimantan Timur ke Kalimantan Tengah yang jatuh di dalam hutan, hingga ajal merengutnya.