Mohon tunggu...
Juanda
Juanda Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer Taruna

$alam Hati Gembira ...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ternyata Ada 4 Jenis Perceraian Lho...

21 Juni 2019   23:52 Diperbarui: 21 Juni 2019   23:55 1530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jika ada perjumpaan, pasti akan ada perpisahan."

Jika memperhatikan koalisi partai yang ada untuk sebuah tujuan, ternyata akhirnya bisa bubar. Tidak ada yang langgeng dalam perjalanannya. Ada istilah 'tidak ada kawan atau lawan abadi'. Yang ada kepentingan abadi. Jika tidak cocok lagi, maka yang terjadi, "Lu ... Gue ... end ... ." Alias berpisah.

Dalam hal berpacaran juga bisa mengalami hal seperti ini. Sudah menikmati pacaran selama 5 tahun, ternyata ditahun ke-6 mestinya nikah dan bahagia, malah berpisah dalam kesedihan. Tapi mungkin juga bisa, salah satunya malah bahagia, karena dianggap terlepas dari perangkap harimau yang siap menerkam. Ha ha ha ... .

Apalagi jika telah memutuskan untuk menikah dengan seseorang entah dengan alasan apa pun. Coba tengok di artikel saya sebelum ini: Nikah Jenis Transaksional yang membahasnya. Maka jika pernikahan itu tidak dirawat dengan baik, maka akan berujung pada perceraian. Kok bisa bercerai? Karena ada pernikahan.

Sesungguhnya ada empat jenis perceraian, kalau mau dipilah-pilah untuk mengetahui latar belakang terjadinya suatu perceraian. Ketiga jenis cerai yang pertama, yaitu cerai emosi, biologis dan tempat, akan mengawalinya, sebelum adanya cerai resmi secara hukum.

Ketiganya adalah sumbu-sumbu yang siap meledak, yang bisa menghancurkan kebahagiaan sebuah rumah tangga, suatu hari kelak. Maka untuk menghindarkan terjadinya perceraian secara hukum itu, terlebih dahulu ketiga sumbu ledak tersebut perlu dipadamkan apinya.

Ketiga jenis cerai yang timbul, sebelum terjadinya cerai secara hukum ini, tidak harus semuanya muncul---apalagi berurutan, baru menuju terjadinya cerai resmi secara hukum. Namun cerai emosi, pasti mendahului semuanya, karena emosi itu sangat memengaruhi perilaku, baik secara biologis maupun untuk memutuskan pisah tempat.

Sebagai contoh: Ada pasangan yang hubungan secara biologisnya tidak bisa terpenuhi. Mungkin disebabkan karena adanya persoalan impotensi pada pihak suami atau penyakit fisik pada pihak istri, yang selanjutnya tidak bisa melayani suaminya lagi.

Tentu dalam hal seperti ini, tidak akan diketahui oleh pihak lain. Lalu seakan tiba-tiba, memutuskan untuk bercerai secara hukum. Tanpa perlu adanya pisah tempat terlebih dahulu. Ini sering diistilahkan infotainmen di televisi sebagai cerai baik-baik.

Padahal kenyataannya tidak baik, karena emosinya sedang menderita sekali. Namun terkadang, karena emosi yang tidak stabil, langsung tiba-tiba meninggalkan pasangannya. Hubungan biologisnya tidak ada masalah, namun tidak bisa dinikmati secara emosi.

1. Cerai Emosi
Ini adalah jenis cerai yang pertama, yang bisa menjadi dasar atau pemicu terjadinya cerai-cerai berikutnya. Mencintai itu lebih dominan menjadi milik perasaan (emosi), daripada intelektual.

Intelektualnya seseorang boleh hebat dalam memahami aneka pengetahuan termasuk yang bersumber dari keyakinannya, namun kalau emosinya tidak bisa dikontrol (labil), maka akan menghambarkan perasaan cinta itu. Di sinilah perlu adanya keseimbangan.

2. Cerai Biologis
Setelah mengalami cerai secara emosi sekian waktu lamanya, maka akan meningkat kepada jenis cerai yang kedua, yaitu cerai secara biologis. Sudah mulai malas untuk menikmati keberadaan pasangannya.

Tapi tetap serumah dan kelihatan rukun-rukun saja. Bahkan ada yang menganggap pasangannya seperti layaknya saudaranya sendiri saja. Sehingga sudah tidak ada lagi gairah untuk bermesra-mesraan.

Maka di sinilah perlu adanya cinta jenis eros (nafsu). Tapi tentu khusus, untuk pasangannya yang resmi. Sekali lagi cinta eros ini tetap sangat dibutuhkan. Tanpa cinta jenis ini dalam sebuah perkawinan, maka yang terjadi adalah betapa banyaknya pasangan yang sedang menikmati persetubuhan, namun sedang membayangkan wajah orang lain, supaya tetap bisa menimbulkan rangsangan pada dirinya atas pasangannya.

Mungkin itu mantan pacarnya atau senang melihat tampilan lawan jenis yang menggairahkan, baik secara langsung atau melalui sebuah media, termasuk di dalamnya film pornografi.

3. Cerai Tempat
Jenis cerai yang ketiga adalah berbicara masalah kehadiran pasangan di dalam sebuah pernikahan. Tanpa kehadiran orang yang dicintai itu, maka akan bisa menimbulkan persoalaan. Cinta bukan sekadar diucapkan, namun perlu untuk dilakukan. Dan kalau terpisah oleh jarak atau tempat, bagaimana cinta itu bisa dinikmati?

Cerai tempat ini, bisa diawali dari pisah tempat tidur. Lalu meningkat lagi kepada pisah kamar. Dan ujungnya meningkat lagi kepada pisah rumah. Kalau sudah demikian terbiasa adanya, maka untuk menyatu lagi akan mengalami kegerahan.

Padahal pada waktu masih pacaran inginnya terus menyatu. Lalu ternyata bisa menyatu. Namun kemudian setelah disatukan, malah ingin menjauh dan menjauh. Dan kalau ini telah dialami oleh sebuah pasangan, maka untuk bisa menyatu kembali, layaknya seperti waktu masih pacaran adalah perjuangan yang berat.

Mengapa? Karena perasaan untuk menyatu yang terjadi disaat masih pacaran dan perasaan untuk menyatu kembali, setelah sekian lama sudah menyatu dan berpisah secara tempat itu, berbeda nuansa dan suasananya. Dalam hal ini membutuhkan perjuangan yang ekstra. 

4. Cerai Hukum
Inilah puncak daripada apa yang dimaksud dengan cerai itu sendiri. Cerai jenis ini, bukan saja diketahui oleh Sang Pencipta, lalu kedua pasangan, namun juga mulai terungkap di hadapan publik.

Cerai hukum adalah pengesahan secara hukum, tentang status pernikahan yang sudah dipisahkan secara resmi di hadapan pemerintah. Dan pemerintahlah yang mengeluarkan surat cerai.

Cerai secara hukum ini, tidaklah terjadi secara sekejap atau tiba-tiba lalu bercerai. Namun pasti telah diawali dengan cerai secara emosi, lalu meningkat kepada cerai secara biologis dan lebih meningkat lagi cerai secara tempat.

Rentang peningkatan kerenggangan di antara kedua pasangan ini, tidak bisa diukur dengan ukuran waktu tertentu. Sangat relatif. Bisa sehari atau puluhan tahun. Saat sudah tidak tahan lagi, barulah akumulasi dari ketiganya akan muncul ke permukaan dan berujung kepada perceraian secara hukum.-  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun