Mohon tunggu...
Juanda Azhari
Juanda Azhari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis, menulis, dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ibu, Aku Hanya Menuduhnya

27 Desember 2022   14:11 Diperbarui: 27 Desember 2022   15:34 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arini mendapati temannya terkapar di samping toilet. Ia memeriksa keadaan Nanda, tak ada tanda baik-baik saja. Arini segera meminta pertolongan. Ia berteriak "tolong.... tolong..... teman saya mati!" 

Gurunya yang kebetulan keluar dari wc pria mendengar suara tersebut, Dia memeriksanya ke sebelah, dan berkata "siapa yang mati nak?" dengan raut wajah tegang. Arini menunjuk temannya itu. Sia langsung mengangkat Nanda dan membawanya ke UKS. 

Pak Joko lantas menanyakan kronologi terjadinya kecelakaan tersebut. Arini dengan polos menjawabnya dengan berkata Alfian yang mendorong Nanda hingga Ia terjatuh. Sontak Pak Joko memanggil Alfian dan menginterogasinya di UKS. Siswa-siswi SD Suka Cita mulai memadati luar UKS dan mengintip di Jendela. Riuh suara dari luar membuat Alfian terganggu hingga tak mampu menjawab pertanyaan Pak Joko. Pak Joko yang kesal kemudian menggertak Alfian "Cepat Jawab! Kenapa diam!" Bukannya merespon, Alfian malah merengek dengan kencang. Dia lalu mencoba menenangkan bocah itu.

Karena pusing, Ia menyuruh kedua anak tersebut keluar dari UKS dan memintanya pulang dengan membawa surat yang telah Ia buat untuk orang tua mereka. Arini dan Alfian keluar disambut teman-temannya yang menertawai mereka. Arini biasa saja dengan tertawaan itu sementara Alfian tak henti-henti menangis sambil mengucek-ngucek matanya yang basah.

Arini pulang ke rumah bersama teman-temannya. Ia melompat-lompat, bernyanyi dan sesekali berputar di tengah jalan. Hingga mereka satu per satu berpisah. Ia masuk ke rumah dan langsung mencari Ibunya lalu memberikannya sepucuk surat. Ibu Arini membaca surat itu. Setelah membacanya, Ia tersenyum ke anaknya kemudian berkata "Nakal lagi nih anak Bunda, besok Bunda temani Arini ke sekolah ya." Sambil mengelus-elus rambut anaknya. Arini hanya tertawa dan berlari menuju kamarnya.

 Pagi pun tiba. Ibu menyiapkan makanan untuk Arini. Aroma Mie Jengkol yang dibuat membangunkannya. Mereka bersama-sama menyantap sarapan itu. 

 Arini telah rapi dengan seragamnya, mereka berjalan menuju sekolah dengan riang sambil bernyanyi sayonara. Sesampainya di Sekolah, Mereka disambut oleh Pak Joko yang sudah menunggu. Arini masuk kelas sementara Ibunya ikut dengan Pak Joko ke ruangan.

Setelah mempersilahkan Ibu duduk, Pak Joko langsung menyampaikan alasannya memanggil Ibu Arini. "Jujur kemarin saya terkejut dengan penemuan mayat siswi di Toilet. Saya tidak bisa menanyakan hal itu ke anak-anak maka dari itu saya minta tolong ke Ibu untuk menanyakan perihal ini. Arini adalah orang pertama yang melihat mayat itu dan setelah kutanyakan siapa yang melakukannya, Ia menyebut nama Alfian."

Mendengar hal tersebut Ibu Arini bertanya balik "Apakah Orang tua Alfian Juga dipanggil?" 

"Tentu saja. Ayah Alfian mengabarkan saya akan datang pukul 08." Ucap Kepala Sekolah itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun