Mohon tunggu...
Asaf Yo
Asaf Yo Mohon Tunggu... mencoba menjadi cahaya

berbagi dan mencari pengetahuan. youtube: asaf yo dan instagram: asafgurusosial

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Jumbo, tonton animasi dengan kacamata anak, bukan orang dewasa

9 April 2025   19:25 Diperbarui: 9 April 2025   19:25 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: kompasiana.com

Saat kalian masih kecil, kalian suka liat film Cinderela tidak? Kalian suka lihat serial Doraemon yang biasa tayang tiap hari minggu itu? Saat kalian nonton film Doraemon, apakah kalian berpikir kantong ajaibnya doraemon itu pakai logika tidak? Saat kalian mendengar cerita cerita dongeng , kalian berimajinasi atau justru menggunakan otak logika kalian?

aku bahas ini gara gara baca di thread banyak pro kontra terhadap film Jumbo yang sedang booming sekarang ini ( aku nonton filmnya di hari pertama hehehe). Kebanyakan orang yang kontra adalah orang orang dewasa yang menggunakan logikanya, walau saya sendiri hampir terjebak di logika ini. Apa saja sih yang jadi bahasan orang dewasa sehingga film Jumbo tidak layak ditonton? Ok, aku akan bahas beberapa yang ramai di Thread.

Jumbo mengajarkan tentang hantu, hal yang harusnya tidak boleh kita percayai sebagai umat beragama. Hadehhhhhhh greget deh, Namanya aja kartun, terus harus yang gimana sih? Aku dulu pas masih kecil malah suka lihat serial Ranma (aduh, ketahuan banget usiaku nih wkwkwkw). Sosok yang bisa berubah laki-laki menjadi perempuan kalau terkena air panas (atau air hangat ya, lupa aku). Kalau pakai logika orang dewasa ya bakal aneh dunk, masa sih orang bisa berubah kelamin dengan mudahnya. Walau aku piker saat masih kecil, asik juga ya bisa berubah jadi laki laki dan perempuan kalau lagi gabut, hahahahaha

Atau siapa sih yang tidak suka liat serial Naruto maupun One Piiece. Kalau dipikir piker ya gak bisa dilogika dunk kalau si tokoh utama alias Luffy bisa melar tangan dan kakinya, atau si Chopper yang bisa bicara, padahal dia kan hewan (dia rusa atau beruang sih?).

Bukankah banyak banget cerita rakyat yang dibaca anak-anak atau pas dibuat film juga pasti tidak akan bisa diterima oleh anak-anak. Bagaimana ceritanya  dalam semalam kok 1000 candi bisa dibangun, pakai bantuan jin lho, jelas itu musrik, dosa karena ada unru gaibnya kan? Kisah timun mas yang si Mbok Randa yang minta anak kok ke raksasa hijau yang gaib, kenapa tidak minta anak ke Tuhan, dikasih suami atau bagaimana gitu. Saat Cinderela  ketemu peri yang memberikan keajaiban agar terlihat cantic hanya sampai jam 12 malam, gimana tuh? Itu juga ada unsur mistis dunk. Apalagi pinokio kok bisa hidup dan berhidung Panjang jika bohong, padahal dia dari kayu. Hayo, jelas ngeri deh jadinya.

Adegan kejar-kejaran setan pakai gelombang radio juga tidak bisa dilogika. Masa, menangkap setan melalui gelombang radio. Yah, walau aku pernah liat film horror apa ya, yang mencoba mencari keberadaan setan-setan melalui gelombang radio (ada yang bisa bantu film barat apa ya, lupa aku), tapi ya hal seperti ini tidak perlu diributkan. Aku sangat yakin, kalau anak-anak usia dibawah 10 tahun menonton mereka tidak akan peduli kok dan tidak akan berpikir logika kenapa pakai radio ya, caranya bagaimana ya?

Belum lagi ada lagi yang bilang bahwa Jumbo mengajarkan pembulian. Hadehhhhhh aku gemes dengan akun-akun yang komen kayak gini. La Namanya komik, novel, film atau apapun kan harus ada tokoh yang mendapat peran antagonis, dalam hal ini diwakili Atta yang melalukan perundungan terhadap Don karena badannya gemuk. tapi ini kan pakai kacamata orang dewasa, terus harus buat film yang seperti apa sih? Hal-hal yang remeh malah dibuat jadi besar.

Kemudian cerita yang terlalu berat karena penggusuran kampung dan makam melalui Pak Kades. Nak-anak tidak akan paham dengan isu penggusuran kampung maupun makam makam untuk kegiatan ekonomi. Hadeh bapak ibu, jadi gemes deh. Padahal ceritanya sebenarnya sudah dibuat seringan mungkin agar anak anak baru masuk SD bisa memahami dengan mudah, la kok otak orang dewasa ngerecoki anak-anak dengan pikiran dewasa mereka. Standar anak disini harus usia berapa sih? padahal yang dibahas  justru ringan dan mudah dicerna (aku aja yang nonton malah greget karena kayak nonton film anak TK wkwkkwkwkwkkwkw)

Banyak sekali yang komen , saat menonton si anak malah focus itu orang tuanya si Don kemana, tentang tiga kambing, maupun jurus siap siap untuk melawan musuh. Sesederhana itu jalan pikiran anak-anak. Bukankah bapak ibu dulu pernah jadi anak-anak dan menikmati aja pintu ajaib yang dimiliki doraemon. Bahkan kalian pasti juga tidak akan berpikir itu caranya gimana ya, kok kalau pakai baling-baling bamboo bisa terbang, atau makan semacam permen  maka bisa bicara Bahasa lain, atau pakai sinar pengecil bisa kecil ukuran tubuhnya. Kalian tidak berpikir kesitu kan, hanya sekadar menikmati saja. Baru saat dewasa aku mikir, kok gak logis ya, baling-baling bamboo bisa mengangkat tubuh seperti itu dengan ditempel ke kepala, bukannya seharusnya kepala yang ditempeli baling-baling bamboo jadi putus ya? Wkwkwkwwk

                Jadi, kalau melihat film Jumbo menemani anak-anak, gunakan cara berpikir anak-anak yang penuh fantasi dan imajinasi, bukan dengan pikiran logika. Akhir kata, selamat buat Jumbo yang mampu menembus lebih dari sejuta penonton (terakhir update 1,3 juta penonton). Kalian sudah nonton belum?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun