Genetika menjadi suatu kajian yang masif dalam perkembangan manusia, salah satunya genetika yang mulai direkayasa, yang dikenal sebagai rekayasa genetika. Rekayasa genetika menjadi salah satu urgensi yang harus diperhatikan oleh setiap insan dimanusia karena memiliki keuntungan yang membantu manusia salah satunya adalah rekayasa genetika pada tanaman. Rekayasa genetika tanaman digunakan dalam dunia pertanian karena memiliki manfaat tersendiri seperti dihasilkan tanaman yang lebih berkualitas, lebih cepat menghasilkan, lebih efektif dalam konsumsi sumber daya, serta dapat mengatasi berbagai masalah pada tanaman seperti hama atau iklim yang dapat merusak tanaman (Arrofiq, 2022). Tanaman rekayasa genetika atau transgenik yang pertama mulai dikembangkan pada tahun 1982, dengan hasil tanaman berupa tembakau transgenik yang memilki gen resistensi terhadap antibiotic yaitu kanamycin (Van Lijsebettens et al., 2013). Hal tersebut menandakan bahwa gen asing berhasil dimasukkan ke dalam sel tanaman untuk pertama kali sekaligus awal perkembangan rekayasa genetika pada tanaman.
Selain dari tembakau hasil rekayasa genetik tersebut, masih banyak terdapat tanaman-tanaman transgenik lain yang telah dikembangkan, salah satunya adalah jagung Bt (Baccilus thuringiensis) yang mulai ditanam secara global pada tahun 1996. Jagung Bt ini direkayasa secara genetik dengan dimaksukkan bakal gen cry dari bakteri Bacillus thuringiensis, yang nantinya menghasilkan protein sebagai penghusir hama secara alami. Protein yang dihasilkan sangat berguna bagi kebeerlangsungan hidup jagung karena dapat merusak sistem pencernaan larva dari hama tertentu sehingga menjadikan jagung tahan terhadap hama seperti pengerek batang dan akar.
Secara global, perkembangan penanamab dari jagung ini terus bertambah karena manfaatnya terhadap pertanian jagung misalnya di Amerika Serikat sebagai salah satu negara dengan penanaman jagung ini secara besar dengan perkembangan yang terus meningkat setiap tahunnya.
Jagung ini juga sempat dikaji di indonesia dengan varietas jagung Bt MON810 yang dinyatakan aman hayati oleh KKH (Komisi Keamanan hayati) pada tahun 1998 (Herman, 2007), namun jagung ini belum dapat dikembangkan secara komersial dikarenakan belum mendapatkan ketetapan aman pangan. Meskipun belum dapat dikomersialkan, jagung Bt tetap memiliki prospek tinggi untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi penggunaan insektisida yang dapat mengganggu kesehatan manusia jangka panjang.
Disamping potensi dari jagung ini sangat besar dalam pertanian, pengembangan jagung Bt juga memunculkan kekhawatiran terkait resiko kesehatan dan dampak negatif terhadap ekosistem sendiri yang akan dibahas lebih lanjut pada artikel ini. Artikel ini akan menguraikan manfaat dan kerugian jagung Bt bagi manusia dan lingkungan secara komparatif
Manfaat Produk Jagung Bt Bagi Manusia
Jagung Bt memberikan suatu keuntungan yang nyata bagi manusia yang terlihat pada aspek ketahanan pangan dan efisiensi produksi, misalnya dengan penyisispan gen cry dari bakteri Bacillus thuringiensis, tanaman ini dapat membentuk protein yang dapat menghambat dan melaawan hama utama bagi jagung seperti Ostrinia furnacalis tanpa memerlukan insektisida kimia tambahan. Sehingga, biaya produksi dapat diperkecil sekaligus meningkatkan hasil panen bagi negara-negara berkembang yang mengininkan produksi secara efisien dengan biaya minimal (Gewin, 2003).
Disamping hal tersebut, jagung Bt sendiri juga dapat menurunkan kontaminasi mikotoksin (semacam racun) yang dihasilkan oleh jamur Fusarium akibat kerusakan tongkol jagung oleh hama. Pengembangan studi oleh Wu (2006), menunjukkan bahwa jagung ini memiliki tingkat fumonisin dan aflatoksin yang lebih rendah dibandingkan varietas konvensional non-Bt, sehingga lebih aman dikonsumsi dan menurunkan risiko keracunan. Dalam jangka panjang, hal ini berkontribusi terhadap peningkatakn kualitas masyarakat karena kualitas pangan seperti jagung yang lebih bersih dan bebas hama
Manfaat Produk Jagung Bt Bagi Lingkungan