Mohon tunggu...
Juan Karnadi
Juan Karnadi Mohon Tunggu... Penulis - Always Be Helping, Caring, and Loving

Universitas Indonesia Fakultas Teknik Program Studi Teknik Komputer | Digital & Publikasi Yayasan Bayi Prematur Indonesia | Content Creator, Content Writer & Web Developer Sedekah Buku Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Visi Mendidik

23 Juni 2019   14:08 Diperbarui: 23 Juni 2019   14:42 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tapi harus ada langkah nyata supaya bisa mengangkat banyak cerita positif dunia pendidikan dari segenap bangsa. Caranya yakni merancang sebuah alur yang memungkinkan itu semua terjadi.

Pertama, menempatkan sense of universal love sebagai garda terdepan pendidikan. Lalu mendukung dan ikut terlibat bersama teladan mumpuni yang berkomitmen mengajak semua elemen masyarakat turut berperan dalam pengamalan kebaikan. Dan muaranya ialah menyalurkan energi kita pada hal-hal yang paling membahagiakan hidup -bahkan seisi semesta. Menularkannya pada yang lain. Inilah gambaran kurikulum pendidikan sebenarnya: pendidikan yang membebaskan (pikiran) insan manusia.

Outcome-nya sudah mulai tampak. Di antaranya datang dari seniman tari, Mila Rosinta. Sudah begitu lama Mila mendalami tari dan dunia tari sejak usia dini. Mulanya masih sebatas hobi, lalu berkembang menjadi passion saking kuatnya keinginan mempelajari beragam jenis tari. Dan perlahan dalam tiap karyanya tumbuh esensi menari: menyatu dengan semesta.

Visi inilah yang kemudian membawa Mila menggagas sekolah tari yang ia namai Mila Art Dance (MAD) School pada 2015. Tujuannya sedari awal mendekatkan esensi menari tadi dengan elemen masyarakat. Empat tahun berjalan hasilnya mulai terlihat. Mila berhasil menularkan visinya pada yang lain.

Makin banyak yang mendaftar jadi siswa/i MAD School. Sampai ratusan. Belakangan cerita sukses ini semakin mengangkat namanya juga MAD School. Banyak yang mendatangi ingin berguru dan belajar tari disana -termasuk dari mancanegara. Itulah "Energi Positif", penggerak utama visi mendidik.

Filosofi Ketulusan
Saya masih ingat akan sebuah ucapan sewaktu Pesta Pendidikan kemarin, "Tak ada istilah kaya dan miskin. Semua manusia itu setara. Dan lebih baik kita mensetarakan yang lain. Tidak ada beban bila melakukannya." Dan pemikiran bijak ini datang dari YouTuber yang tengah naik daun, Baim Wong. Mendengarnya, saya langsung tertegun. Kedekatan Baim dengan mereka yang terpinggirkan bukan pula tanpa alas an. "Saya bisa merasakan apa yang mereka rasakan", ujarnya.

Seringkali kita melewatkan cara berproses demikian. Dari memahami hingga merasakan serta mengalami langsung dengan panca indra. Prosesnya pun bertahap dan butuh waktu tidak sebentar; kadang menyakitkan dan melelahkan. Filosofi ketulusan itu terbangun lewat perjuangan melepaskan segala urusan keduniaan dan kepentingan diri (self-interest). Lantas untuk apa kita mengejar kesemuan belaka ketimbang memperbanyak amal?

Generasi mendatang perlu kita bersama bekali kemampuan mengolah hati nurani. Kelak mereka akan menghadapi tantangan demi tantangan yang kerap menguji kesungguhan hati nuraninya. Dan ujian senyatanya adalah ketika hati nurani sudah berada pada fase "Helping, Caring and Loving". Bukan hal yang mudah. Sebab ketulusan tak hanya tampak dari kejujuran, melainkan sejauh apa kita memaknai pengorbanan. Itulah visi mendidik yang mesti kita galakkan kembali.

Juan Karnadi
Volunteer JABODETABEK
Sedekah Buku Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun