Mohon tunggu...
Julia Theresya
Julia Theresya Mohon Tunggu... Project Officer at International NGO -

Sarjana Sains, Ilmu Keluarga dan Konsumen, Minor Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor (IPB) 2009-2013 | Magister Pertahanan, Manajemen Bencana, Fakultas Keamanan Nasional, Universitas Pertahanan (UNHAN) 2016-2018 | Working at Humanist, International NGO

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Parenting: Dilema Ibu Bekerja Memilih Pengasuh Pengganti

28 Februari 2014   17:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:22 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin derasnya arus gaya hidup modern yang konsumtif dan teknologi informasi yang semakin canggih memaksa keluarga untuk mencari penghasilan sebanyak-banyaknya. Hal ini dilakukan tentunya agar dapat memenuhi kebutuhan hidup yang sesuai dengan gaya hidup global. Peran pencari nafkah saat ini tidak lagi diemban oleh ayah saja. Ibu pun sudah harus ikut bekerja untuk mengepulkan asap dapur agar gaya hidup bisa terakomodasi.

Seiring dengan pemunculan ibu pada kegiatan di luar rumah, bekerja di sektor publik atau kegiatan sosial budaya, kehadiran ibu yang tidak lagi berada 24 jam di rumah menimbulkan pertanyaan tentang hasil yang bisa diharapkan dari pola asuh dan pendidikan di keluarga. Bahkan ayah tidak juga surut dari kegiatannya di luar rumah dan cenderung meningkat seiring dengan tuntutan kehidupan abad 21.

Konsekuensi perubahan ini paling berdampak pada kehidupan anak. Apalagi jika ibu mempunyai anak yang masih balita, maka seorang ibu harus tahu betul bagaimana mengatur waktu dengan bijaksana. Seorang anak usia 0-5 tahun masih sangat tergantung dengan ibunya, karena di usia ini anak belum dapat melakukan tugas pribadinya seperti mandi, makan, belajar, dsb. Mereka masih perlu bantuan dari orang tua dalam melakukan pekerjaan tersebut.

Saat ini, orang tua khususnya ibu lebih mudah untuk meninggalkan anaknya dan bekerja, karena banyaknya pihak yang menawarkan jasa pengasuhan anak seperti nanny atau baby sitter, pembantu rumah tangga, bahkan Rumah Anak/Tempat Penitipan Anak/Daycare. Fenomena ini memang sangat membantu orang tua dalam mengasuh anak. Namun, hasilnya anak tidak lagi sering bertemu dengan ayah ibunya. Anak lebih sering bergaul dengan baby sitternya, bahkan mungkin lebih patuh pada baby sitternya dibandingkan dengan orang tuanya.

Permasalahan yang sering muncul dalam pengasuhan modern ini adalah memilih pengasuh yang cocok dan baik. Ketepatan dalam memilih pengasuh akan sangat membantu anak berkembang dengan optimal. Kesalahan memilih pengasuh, tentu saja akan berdampak jangka panjang pada kehidupan anak. Pernahkah Anda mendengar kisah pengasuh Raja Inggris? Contoh nyata kesalahan memilih pengasuh terjadi pada Raja Inggris, George VI, ayah dari Ratu Elizabeth II. Nanny (panggilan pengasuh di Inggris) yang dipilih untuk mengasuh Raja George VI bukanlah nanny yang peduli ataupun berkarakter nurturing. Ia bertipe nanny yang keras dan tidak memahami kebutuhan anak. Akibat dari kesalahan dalam memperlakukan George kecil, George tumbuh dewasa dengan mengidap penyakit stutering/gagap. Gangguan bicara ini harus diidap oleh George hingga ia dewasa bahkan ketika ia dilantik menjadi raja. Begitulah dahsyatnya kesalahan pengasuhan di masa kecil hingga berdampak  pada keseluruhan hidup anak.

Pada dasarnya pengasuh dan anak merupakan 2 hal yang tidak dapat dipisahkan. Anak dan pengasuhnya diibaratkan penari balet berpasangan atau disebut pas de eux. Penari wanita dapat menari dengan bebas, melompat kesana kemari, berputar ke kanan kiri, karena kerjasama yang apik dengan penari prianya. Coba bayangkan jika penari pria tidak memiliki karakter penari balet yang baik yaitu kemampuan menari, kemampuan untuk membaca timing (waktu) kapan si penari wanita akan meloncat, dan kemampuan fisik untuk mengangkat tubuh si penari wanita, tentu penari wanita akan mengalami kesulitan untuk mengekspresikan tariannya. Pengasuh itu sama seperti penari pria, ia harus mampu menopang penari wanita tapi juga perlu menjaga keharmonisan gerakannya agar dapat memperindah tarian itu.

Saat ini pilihan pengasuh sudah beragam. Pertama, menitipkan anak di Rumah Anak/Daycare. Poin utama untuk memilih Rumah Anak yang baik adalah apakah mereka memperlakukan anak-anak disana sebagai seorang individu atau sebagai barang yang sekedar dititipkan. Orang tua wajib mencari tahu mengenai masalah ini dengan melihat program yang ditawarkan oleh mereka. Jangan tergiur dengan fasilitas yang disediakan karena fasilitas tidak menjamin perlakuan terhadap anak. Selain itu, orang tua harus mengetahui penanggung jawab tempat, mempelajari program kegiatan harian anak, menjamin kebersihan tempat, dan penanganan emergency. Keunggulan dari Rumah Anak ini adalah adanya sistem pengawasan dari penanggung jawab sehingga kesalahan bisa segera dibetulkan. Anak pun bisa enjoy karena banyak teman dan permainan.

Kedua, mempekerjakan nanny profesional atau baby sitter part time. Di Indonesia sering terjadi kesalahan penggunaan istilah baby sitter. Baby sitter merupakan pengasuh anak yang hanya bekerja menjaga dan merawat anak beberapa jam sehari sesuai perjanjian dan kebutuhan. Maka dari itu, baby sitter biasanya bisa menggunakan tenaga remaja ataupun mahasiswi. Nanny adalah istilah yang tepat untuk pengasuh, penjaga, dan perawat anak yang bertanggung jawab pada kegiatan anak sehari-hari. Maka dari itu, nanny biasanya telah memiliki bekal keterampilan mengasuh anak. Namun, orang tua seringkali kurang memcermati kesehatan, karakter, dan pola pikir dari nanny. Hal ini yang biasanya luput dari perhatian orang tua ketika menscreening seorang nanny.

Kesehatan disini menyangkut kesehatan fisik dan kesehatan mental. Pengetahuannya mengenai kebersihan anak, kesehatan anak dan kemampuannya untuk menjaga kebersihan anak, peralatan yang digunakan anak dan lingkungan tinggal anak. Karakter yang sebaiknya dimiliki oleh seorang nanny adalah ceria, sabar dan mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan anak. Pola pikir yang perlu dimiliki oleh seorang nanny adalah kemauannya untuk belajar hal baru dan beradaptasi dengan aturan baru, karena setiap rumah pasti memiliki aturan dan cara memperlakukan anak berbeda-beda. Selain itu, pola pikir yang perlu dicek dari nanny adalah apa definisi seorang anak bagi nanny. Apakah hanya sekedar seorang anak yang perlu diperhatikan kebersihannya saja? Ataukah sekedar seorang manusia yang perlu diperhatikan kesehatan dan perlu diberikan stimulasi kecerdasan? Nilai nilai hidup yang dianut oleh nanny juga perlu dicek oleh orang tua. Jika nanny memiliki nilai hidup: hidup ini harus dinikmati, tidak perlu lah terlalu keras bekerja, nanti bisa stres. Jika ia memiliki nilai hidup seperti ini maukah Anda memintanya menjaga si kecil? Di Rumah Anak, screening ini juga perlu orang tua lakukan untuk melihat apakah karakter pengasuh yang disediakan oleh Rumah Anak cocok dan sejalan dengan nilai-nilai hidup keluarga.

Ketiga, memakai jasa pembantu rumah tangga. Mempekerjakan pembantu rumah tangga untuk mengurus rumah sekaligus menjaga anak memiliki keuntungan sekaligus kerugian. Keuntungan yang bisa diperoleh adalah harga murah yang dibayar untuk 2 pekerjaan sekaligus. Keuntungan kedua adalah jika kita mendapatkan PRT yang jempolan, bagus dalam proses berpikirnya maka anakpun akan ketularan kecerdasannya. Kerugiannya adalah biasanya fokus perhatian yang terpecah bisa menyebabkan PRT menggunakan cara menakut-nakuti anak agar anak mau dan menurut kepadanya sehingga PRT pun bisa mengerjakan tugas rumah tangga.

Sebenarnya tidak ada yang paling benar dalam memilihkan pengasuh yang paling cocok dengan gaya pengasuhan orang tua. Yang ada adalah mencari model pengasuh yang tepat dengan karakter anak, karakter orang tua, dan situasi orang tua. Kebanyakan juga orang tua lebih memilih mempercayakan anak pada kerabat terdekat seperti nenek, tante, dsb. Pilihan ini bisa jadi memang lebih banyak keuntungannya, karena sang pengasuh memiliki nilai-nilai keluarga yang sama dianut oleh orang tua, bahkan orang tua tidak perlu merogoh kocek untuk pengasuh ini. Sekali lagi, hal ini tidak menjamin perlakuan mereka sesuai dengan harapan orang tua, karena terkadang kerabat sendiri bahkan lebih memanjakan si anak. Pilihan ada di tangan orang tua, karena sejatinya pengasuhan paling ideal adalah diasuh oleh ayah ibu sendiri. Nanny ataupun Rumah Anak hanya lah sekedar alat untuk membantu orang tua. Namun, yang paling penting diketahui orang tua bahwa meskipun menggunakan jasa pengasuh pengganti yang kualitasnya baik, bonding atau kelekatan emosi yang diciptakan antara anak dengan orangtua tidak dapat digantikan oleh siapapun. Maka dari itu, yang patut menjadi perhatian dalam pengasuhan bukan hanya frekuensi waktu yang tinggi, tetapi bagaimana menciptakan kualitas bonding yang kuat dalam kuantitas waktu yang sedikit.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun