Mohon tunggu...
Joysce Natareka
Joysce Natareka Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar/mahasiswa

Pelajar/Mahasiswa, menyukai problem yang harus dipecahkan. Menjadikan menulis sebagai hobby dan untuk mengisi waktu kosong

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Awat Kakah"

11 Juli 2020   03:16 Diperbarui: 11 Juli 2020   04:07 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kampung Kelian - Kelian Seberang
Kalimantan Timur
     (Malam) 

Malam itu adalah malam yang menyenagkan untuk ku. 

Dulu dirumah pertama kami tidak memiliki televisi, hanya ada satu rumah yang memiliki televisi. Rumah itu berada tepat disamping kiri rumah kami. 

Jadi sehabis makan malam ayah dan ibu selalu mengajakku untuk menonton TV dirumah sebelah, sungguh suasana kampung masih sangat melekat pada saat itu. 

Cuaca malam itu terlihat tidak terlalu bagus, karena tidak terlihat bintang hanya ada kilat-kilat kecil dari halilintar serta beberapa rintik hujan yang mulai turun. 

Tetapi hal itu tidak mengurangi sekuotapun kebahagiaanku, ya karena di ajak untuk menonton TV. 

Dasar Zaman dulu. 

Dulu aku sangat suka menonton TV, hingga hujan, petir pun tidak aku hirawkan, mataku tetap berfokus untuk menonton TV. 

Cekcekcek dasar anak hutan. 

Beberapa saat ketika kami menonton TV, aku melihat ayahku keluar menuju pintu rumah yang terlihat terbuka dan beberapa orang tua yang ada di rumah ini juga ikut keluar. 

Ada apa,  pikirku waktu itu. Aku bisa melihat hujan yang cukup deras di luar sana, tetapi di luar sana sangat gelap, aku tidak bisa melihat apa yang sedang mereka lakukan. 

Mereka terlihat kebingungan. 

Beberapa tahun kemudian.. 

Cerita itu sudah tidak di ingat lagi, waktu itu aku sudah cukup besar dan akhirnya cerita itu kembali, membuat aku paham apa yang sebenarnya terjadi malam itu. 

Malam itu satu kampung di hebohkan dengan sebuah suara perempuan tua yang terus berteriak dengan menyebutkan kata "Awat kakah", yang artinya "Tolong kakek". 

Usut demi usut ternyata suara itu terdengar hampir di setiap rumah, kata-kata yang sama terus terulang "Awat kakah, Awat kakah.. ". Hingga pamanku yang sedang buang air besar di jambanpun mendengarnya. 

Tetapi anehnya ketika warga sekitar hendak keluar untuk memeriksa, ya siapa tahu ada warga kampung yang membutuhkan pertolongan, namun hasilnya nihil. Tidak ada orang sama sekali di depan rumah. 

Dan jika dipikirkan secara logis, waktu itu cuaca sangat buruk hujan deras disertai guntur, pasti bisa meneggelamkan suara perempuan tua itu. 

Sangat aneh... Namun nyata.. dan hanya penduduk lokal yang tahu. 

Terjemahan

Jamban : toilet yang ada di pinggir sungai. 

Mohon maaf jika cerita yang saya tulis agak abstrak, soalnya peristiwa waktu itu saya pribadi tidak mendengarnya, aneh kan, atau mungkin saya yang sangat fokus menonton TV atau karena saya memang budeg hihihi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun