A. Â Mendidik dengan Tindakan: Strategi Pembelajaran Behavioristik di Sekolah Dasar
Kalau kamu pernah mendengar guru berkata, "Siapa yang bisa jawab, dapat bintang!", sebenarnya itu bukan sekadar gaya mengajar  itu adalah contoh nyata dari teori behavioristik dalam dunia pendidikan.
Teori ini percaya bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang bisa diamati. Dengan kata lain, anak belajar karena ada hubungan antara stimulus (rangsangan) dan respon (reaksi).
Di Sekolah Dasar, pendekatan ini masih sangat relevan, terutama untuk membentuk kebiasaan belajar, disiplin, dan tanggung jawab sejak dini.
                      Â
1. Stimulus--Respon: Dasar dari Belajar Perilaku
Dalam teori behavioristik, belajar dimulai dari stimulus (rangsangan) yang diberikan guru.
Siswa kemudian memberikan respon (reaksi) yang bisa diamati bisa berupa menjawab pertanyaan, menyelesaikan tugas, atau mengikuti aturan kelas.
Contohnya:
Guru berkata, "Siapa yang bisa menjawab dengan benar akan mendapat poin tambahan."
Pernyataan ini menjadi stimulus yang mendorong siswa bereaksi aktif dengan mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan.
Melalui proses seperti ini, siswa terbiasa menanggapi situasi belajar dengan perilaku yang diharapkan --- disiplin, berani, dan fokus.
2. Punishment: Menumbuhkan Disiplin Lewat Konsekuensi
Dalam teori behavioristik, punishment (hukuman) digunakan untuk mengurangi atau menghentikan perilaku yang tidak diinginkan.
Namun, bukan berarti harus keras atau menakutkan. Hukuman diberikan secara logis dan mendidik, agar anak memahami akibat dari tindakannya.
Contohnya:
Jika siswa sering berbicara saat guru menjelaskan, maka ia tidak diperbolehkan bermain lebih lama pada waktu istirahat.
Anak belajar bahwa ada konsekuensi dari perilaku yang tidak sesuai.
Dengan cara ini, punishment berfungsi membentuk kebiasaan disiplin, bukan menimbulkan rasa takut.