Mohon tunggu...
Joviano DevanAqillah
Joviano DevanAqillah Mohon Tunggu... Ilmuwan - Nama

Seorang Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Antara Moral dan Politik Menurut SunTzu, Machiavelli, dan Clausewitz

2 Desember 2021   19:31 Diperbarui: 2 Desember 2021   19:34 1057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pembuka 

Kali ini saya berkesempatan untuk menulis pemahaman saya terhadap pemikiran dan pandangan tiga pemikir besar seperti SunTzu, Machiavelli dan Clausewitz. Semua yang saya tulis didapatkan dari beberapa sumber, terpercaya dan beberapa sumber yang saya tidak ingat berasal dari mana, namun masih terbenak dipikiran saya sampai saat ini. Adalah baiknya untuk lebih mengerti lagi apa yang sudah saya tulis disini, untuk mempelajari terlebih dahulu pemikiran ketiga tokoh legendaris tersebut, dikarenakan saya tidak membahas lebih detail mengenai pemikiran mereka, melainkan saya menulis pemikiran saya mengenai pemikiran mereka, terimakasih selamat membaca

           

  • Sun Tzu Seni Berperang

Sun Tzu merupakan tokoh yang historic dan sangat melegenda, yang lahir di Tiongkok yang pada masanya merupakan kerajaan petarung. Kita tidak mengetahui Identitas Sun Tzu dengan pasti, biography nya tidak bisa ditemukan, dan kebeneran bukunya masih dipertanyakan. Walaupun identitas Sun Tzu tidak pasti, bukunya, Seni Berperang merupakan sebuah tulisan yang sangat berpengaruh dalam ilmu pengetahuan social. Topik dari buku Sun Tzu bersandar pada geopolitik dunia dan pentingnya perkembangan negara Chung Kuo, dengan rencana ekonomi dan strateginya. Terinspirasi dari tradisi pengetahuan yang sedikiti ambigu, seperti buku yang ditulis oleh Lao Tse, menjadikan buku Sun Tzu memiliki banyak interpretasi. Bagaimanapun Topik dari Seni Berperang berasal dari dilemma dan pertanyaan-pertanyaan yang dilemparkan kepara pemikir, seperti bagaimana memenangkan perang, apakah ad acara yang harus dilakukan?. Seni Berperang sendiri telah di implementasikan oleh banyak orang dalam hal yang berbeda seperti, kehidupan sehari-hari, Bisnis, dan politik, dan ditulisan ini kita akan membahas lebih dalam tentang peran Sun Tzu terhadap pemikiran-pemikiran politik.

 

    II.  Kaitan Ekonomi, Politik dan Perang

Seni Berperang Suntzu, membahas dengan sempurna tidak hanya dalam logika ilmu pengetahuan lama namun juga kontemporel, ideologi ekonomi kontemporel tentu saja mempenetrasi sebuah terminology peperangan, dengan beberapa bagian yang membawa-bawa sebuah politik dan pada bagian lain untuk sebuah perang total yang bisa kita coba untuk dipraktekan, menurut SunTzu  dimana-mana, yang memiliki rival akan mendorong diri sendiri untuk berkompetisi tanpa peraturan, dengan begitu SunTzu mengatakan perang bisa membawa kemakmuran atau mala petaka, dengan adanya rival seperti negara lain yang mencoba menghancurkan kita, kita akan mencoba meningkatkan ekonomi, politik dan militer kita. Topik dari buku tersebut terus juga menaruh tentang opini yang salah bahwa perang yang nyata selalu berkaitan dengan perang ekonomi. Perang seperti itu, merupakan expresi melawan aneantisasi, sebuah etik antinomy (Perdagangan Berdarah) yang tidak bisa mereduksi kompetisi para pedagang. Sebuah perang Ekonomi, sebaliknya, menaruh sebuah keuntungan diantara para pelaku, zona dan sector aktifitas ekonomi, dengan begitu level innovasi dan moralitas meningkat. Pada interpretasi kedua ini, Seni Berperang menjadi buku manual untuk para direksi perusahaan dan menjadikannya refrensi untuk bertindak dan berpikir, metode dan strategi konkrit pasar. Dengan begitu Tiongkok dilihat oleh orang barat seperti sebuah cermin terbalik dan Seni Berperang merupakan sebuah model abstrak dari sebuah militerisasi pada international society dan merupakan sebuah devalorisasi pararel dari konflik berdarah.

Secara Sejarah, kerajaan-kerajaan menengah, semenjak abad ke 7 dan 5 sebelum masehi, sebuah perang telah beruubah pada aspek apapun secara alami, metode, formasi, taktik, dan yang tampak sangat jelas merupakan struktur organisasi militer, arti dari sebuah perang dan perang mereka didalamnya, sebelumnya perang hanya dilakukan untuk mendapatkan makanan, atau menjaga keluarga yang akan terkena serangan invasi dari serangan bangsa lain, namun perang telah menjadi suatu hal yang lain, perang telah menjadi suatu hal yang sacral seperti untuk memuja tuhan, atau membawa martabat bangsa, yang mana membawa kita ke sebuah ideologi nationalism. Pada abad ke 7 dan 5 sebelum masehi, mereka mengubah hubungan antara peperangan dan politik, politik dan masyarakat. Seni Berperang Tiongkok merupakan seni yang mengharuskan untuk berpura-pura menang, atau jika orang sekarang menyebutnya mindset pemenang. Dengan menginvestasi lapangan politik dan mendominasi lawan secara keseluruhan, bahkan sebelum dimulainya pertarungan. Pemikiran pada The art of war, meningkatkan kesadaran apa yang harus dilakukan militer dan kekuatan apa yang harus di gunakan, dari pada mengunakan kekuatan secara penuh dan kekerasan, Sun Tzu lebih menyarankan mengunakan kekuatan ketakutan dan psikolog dari lawan. Jika operasi militer berpusat pada pemikiran strategi, cara untuk melakukanya akan sangat berbeda. Berubah pada distinksi antara strategi dan taktik, secara langsung atau tidak pada manuver dan frontasi.

           III. Pemikiran Sun Tzu Dan Carl Phillipp Gottfried von Clausewits

Di barat, Car Phillipp Gottfried von Clausewits merupakan seorang jendral dan teorisi militer yang menekankan moral dan aspek politik dari perang, Clausewits lebih memilih pengetahuan dibandingkan pedang dan menyebutnya sebagai sebuah definisi kantien sebuah perang, seperti sebuah aksi perang. Prinsip dari pemikiran barat pada umumnya, dan pemikiran Clausewitz, adalah memasukan peperangan kedalam alsan yang logic, seperti  keadaan rational. Atau jika sebuah manuver bisa digambarkan dalam keabstrakan, peperangan akan lebih baik jika dipikirkan dampak-dampak kerusakan yang bisa ditimbulkan, dan bagaimana cara untuk mengurangi kerusakan tersebut dan memenangkan sebuah perang tanpa menodai moral para prajurit dengan berperang tanpa beretika. Perang dalam kategori pengertian dan sebuah permainan pemikiran pada akhirnya lebih baik jika melihat secara gambling apa yang terjadi di dunia Nyata, dan untuk Clausewitz, harus dilakukan Langkah politik. Mengapa demikian? Bagi Clausewitz hal pertama yang harus dilakukan jika ingin memenangkan perang adalah dengan menjinakan para petinggi politik dalam artian membuat mereka bekerjasama, dengan begitu keadaan didalam negara mereka akan naman tanpa adanya konflik politik, seperti yang sudah kita sebut tadi, Kembali kedunia rational, dan dunia rational merupakan dunia politik pada jaman modern ini, semua hal Kembali lagi ke politik seperti : kebijakan lingkungan, kebijakan pajak, kebijakan ekonomi dan kebijakan militer, semua Kembali lagi kepada politik dan birokrasi tua yang menyulitkan seorang jendral untuk melakukan serangan jika itu semua tidak dijinakan, Kembali lagi kepada moral, Clausewits menyebut bahwa moral dalam perang merupakan hal yang diharuskan, dikarenakan perang bukan untuk membuat kita Kembali ke masa barbarism, tapi perang untuk mecapai sebuah tujuan yang lebih tinggi.

Bagaimana dengan Sun Szu? Sekarang, jika strategi Barat mengandalkan organisasi pertempuran sesuai dengan tujuan perang dan investasi kekuatan di medan pertempuran sesuai dengan jalannya pertempuran, strategi Sun Tzu lebih kepada menyusun fondasi strategi dalam tindakan tidak langsung, sebagai praktik yang bisa dibilang licik tetapi cerdas. Kecerdasan licik seorang panglima perang membangun kemenangannya berdasarkan pada gerakan lawan, dan melihat kedalam pikiran musuh. Sekarang, jika kemenangan adalah tujuan penting dari pelaksanaan operasi militer, dengan cara apa kita dapat mengasimilasi operasi militer. khususnya operasi yang dikatakan pada buku SunTzu yang menyebut seni, dengan aktivitas jiwa, yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan perang, namun Sun Tzu berkali-kali menyebutnya. Lagi pula, bagaimana seseorang dapat membangun filsafat atau teori seni ini? Sekarang, dikarenakan kita sudah membahas factor-faktor penting pada perang  seperti , kekerasan dan moralitas, dan pemahaman politik, bagaimana mendamaikan kekerasan dan politik dan dalam kondisi apa kita harus menjaga moral disaat peperangan sudah dimulai dan mengapa kita harus menjaga moral diambang kekalahan atas musuh? Dan lagi, di mana keputusan politik dan militer tidak bisa dipisahkan yang membuat moralitas susah dijaga pada perang? Jika perang bukanlah realitas politik yang otonom (menurut Carl Clausewitz, "perang memang memiliki tata bahasanya sendiri, tetapi bukan logikanya sendiri"), apa arti dari tindakan perang yang sengaja bercondong kepada manuver tiba-tiba dan tindakan tidak langsung, berbalik kembali pada pertempuran dan pertempuran? Dan untuk menyimpulkan serangkaian pertanyaan yang melekat pada debat strategis, bagaimana kita dapat mendamaikan karakter perang yang historis, terkondisi dan ditentukan, terkait dengan keadaan konjungtural dan dengan niat politik pihak yang berperang, dengan model abstrak, filosofis dan anhistoris dari perang absolut, satu-satunya yang sesuai dengan konsep perang murni? Pada masanya, Sun Tzu menyarankan untuk "membangun kemenangan di atas gerakan musuh" Sekarang, "kekuatan tindakan bias" didasarkan pada trik, kejutan, dan prosedur tidak langsung yang merupakan bagian dari tindakan taktis, yang tidak meminta organisasi angkatan bersenjata di lapangan atau majelis mereka untuk terlibat. Mereka termasuk prosedur manuver heterodoks dan taktik lebih dari strategi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun