Mohon tunggu...
Lisa Calista
Lisa Calista Mohon Tunggu... Penulis - Anak kuliahan yang aktif organisasi dan suka kepoin hal baru :)

Learning is endless, and experience is the best teacher.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mengapa Saya Lebih Suka Menggunakan Resep Luar Negeri daripada Resep Lokal?

11 Juni 2020   12:28 Diperbarui: 11 Juni 2020   12:51 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kuliner. Sumber ilustrasi: SHUTTERSTOCK via KOMPAS.com/Rembolle

Nan indahnya makanan yang disajikan.. Loh, tapi rasanya kok ga sebagus yang di foto ya..? Halo sobat! Di sini, saya mau share penyebab yang sering terjadi dalam dunia resep, baik masakan atau kue. 

Menurut pengalaman saya, pertama-tama kita harus mengerti kegunaan suatu bahan, efek suatu teknik, kesegaran dan layaknya suatu barang untuk dipakai sesuai tanggal kedaluwarsa atau setelah kemasan dibuka. Berikut adalah beberapa tips mengenai ekspektasi resep dengan hasil yang kurang memuaskan, serta cara mengatasinya. Anyways, tulisan ini menurut opini saya ya, jadi kalau ada yang mau comment untuk wawasan tambahan, boleh banget! Semoga bermanfaat, happy reading! 😀
Rahasia pribadi

Satu hal penting yang masih kurang diperhatikan oleh banyak pemberi resep lokal, yaitu sisi ilmiahnya mengapa bisa terjadi seperti itu. Kerap kali informasi masih kurang jelas atau sangat mendasar.

Di sisi lain, resep luar negeri sering memberikan variabel lebih spesifik, seperti suhu untuk karamelisasi, temperatur ideal untuk mengaktifkan ragi dan pada suhu berapa ragi tidak bisa bekerja, tips mengenai proses suatu teknik, merk suatu bahan yang digunakan, dsb.

Para pemberi resep lokal merasa para penonton sudah tahu bagaimana semestinya, atau bisa juga merasa hal tersebut kurang penting. Padahal, informasi relevan yang dianggap hal sepele menjadi hal yang dicari-dicari orang awam. Sedangkan efek ilmiah akan membuat orang mengerti mengapa dilakukan seperti itu. Adapun elemen "secret recipe" mereka yang tidak ditunjukkan dalam resep. Kalau ini tidak bisa dilawan ya, soalnya masing-masing punya khas dan hak pribadi.

Banyak orang berusaha untuk masuk sekolah kuliner atau kursus kuliner akibat hal ini. Dalam sekolah kuliner, mereka mempelajari peristiwa saintifik yang fundamental untuk membuat suatu resep. Bukan hanya mampu secara skill, tetapi mereka mengerti secara logis efek-efek setiap proses ─ sama seperti kita mengimplementasikan suatu teori dalam melakukan suatu eksperimen dalam laboratorium. Ini menunjukkan bahwa sekolah kuliner tidaklah sia-sia.

Kualitas foto dan video

Kualitas video pada resep oleh para pemberi resep luar negeri seringkali lebih terang dan jelas, dimana warna dan tekstur terlihat lebih tajam. Warna sangat penting dalam suatu makanan. Selain memberikan efek menggugah selera, ia juga berperan sebagai indikator selesainya suatu proses, contohnya saat mengocok telor. Maka itu sangat dianjurkan untuk membuat, dan memfoto atau memvideo suatu makanan pada pagi atau siang hari. Saat itu, cahaya matahari bisa tembus jendela untuk memberikan natural light pada makanan, sehingga warna makanan akan terlihat segar dan alami.

Soal ekspektasi hasil dengan foto pada resep, seringkali mereka sudah menyiapkan masakannya yang sudah jadi dan tertata terlebih dahulu sebagai jaga-jaga, kalau hasil pada pembuatan itu kurang bagus. Faktor lainnya, yaitu mereka menghilangkan beberapa tahap minor guna memberikan rasa khas, atau perbaikan karena tak sengaja terjadi sedikit kesalahan saat membuat. Adapun foto makanan yang sudah disajikan merupakan hasil edit-an sehingga terlihat lebih "picture perfect" di mata penonton.

Solusinya
Alhasil, karena sudah berkali-kali membuat suatu makanan tetapi merasa kurang puas dengan hasil nya, saya jadi suka mencoba berbagai resep yang memiliki teknik sama saat membuatnya. Sumber resep yang dimaksud bisa dengan cara membandingkan resep luar negeri dengan resep lokal. Adapun lebih baik kalau makanan luar negeri lebih cocok menggunakan resep luar negeri dan sebaliknya. Kita harus memodifikasi agar bisa mirip hingga hasil bisa sama. Kalau tidak memodifikasi dan hanya berpandu mentah-mentah pada resep, berarti hasilnya tidak akan spesial, sehingga tidak ada unsur "tak ada duanya".


*****
Akhir kata, sikap kreatif dalam mengembangkan suatu makanan sangat penting. Kreatif di sini berarti dapat berpikir secara kritis dan logis. Jika terlihat pada resep makanan ada suatu keanehan, sebaiknya kita cari sumber lain untuk dibandingkan dan segera memodifikasinya. Bayangkan seperti melakukan sebuah eksperimen di laboratorium, dimana semua variabel independen akan menjadi penentu hasil. Jadi, istilah "cooking is art and science" benar-benar nyata.

Thankss sobat sudah baca, semoga terus bisa berkarya yahh!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun