Mohon tunggu...
Aku Adalah Meteor
Aku Adalah Meteor Mohon Tunggu... Tentara - Penulis Yang Tersakiti

Menulis sejak kecil saat mulai bisa berbohong. Sadarlah bahwa doktrin lebih berbahaya dari peluru! yosuahenrip.47@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Kiamat Makin Dekat, Sadarlah!

26 April 2020   18:25 Diperbarui: 26 April 2020   21:05 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Sumber : islam.nu.or.id

PSBB di kota Bandung begitu ketat, sungguh lebih ketat dibandingkan PSBB di kota lain. Bagaimana tidak, suami istri yang sealamat saja tidak boleh berboncengan, apalagi yang tidak satu alamat. Terus bagaimana yang nikah siri? Ah sudah lah. Meski ketat, namun sholat tarawih masih berlangsung sejak malam pertama puasa. Semalam, penceramah dengan tenang menyampaikan materi tentang kiamat. Saya pun mendengar tapi samar, karena saya kurang mengerti bahasa sunda. Setelah orang-orang pulang dari masjid, pikiran saya masih menggantung pada ceramah tadi. Yang saya tangkap hanya, "yang penting kita sudah di ingatkan." Kemudian saya searching di google untuk mencari tau apa, bagaimana, dan kapan hal itu terjadi.

Setelah saya baca, kiamat ternyata adalah saat ketika bumi dan seisinya hancur lebur sesuai kehendak Hyang Agung. Dari Kitab Suci agama-agama samawi, gambaran dan pertanda kiamat begitu dahsyat. Kisahnya sungguh membuat kita takjub. Apakah benar akan terjadi seperti itu? Bukankah itu (kiamat) adalah milik Sang Tunggal yang mutlak tak terprediksi? Atau jangan-jangan wahyu dariNya melalui Nabi dan Rasul hanya sebuah cara Hyang Agung agar kita selalu waspada dan hidup sesuai aturanNya? Sedangkan kiamat sesungguhnya ternyata tidak demikian?

Semakin jauh saya baca, saya agak kecantol dengan topik Dajjal, Gog Magog (Ya’juj dan Ma’juj), dan Harmagedon. Ada benang merah yang saya tangkap dari 3 hal tersebut, yaitu pertempuran manusia melawan pasukan keji. Pikiran saya pun langsung melompat jauh bagaikan Hanoman yang mampu melompat hingga 900 mil jauhnya. 

Pernahkah anda berfikir bahwa semua wahyu itu teka teki? Pernahkah terpikir bila wahyu kiamat ternyata kontradiksi? Atau bagaikan deret angka fibonaci dalam  rangkaian chiphertext?  Mungkin anda sekalian kurang paham apa itu chiphertext karena belum pernah sekolah sandi yang diselenggarakan Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg). 

Saya menjadi curiga, apakah bangsa Gog Magog (Ya’juj dan Ma’juj) yang dimaksud Hyang Wisesa adalah Pasukan Virus Corona? Apakah Dajjal yang dimaksud Hyang Jagad Pratingkah adalah meluasnya budaya hoax dan ghibah? Dan mungkinkah kota kecil Harmagedon yang dimaksud oleh Hyang Tunggal adalah alam raya ini? Bagaimana mungkin? Coba kita telaah. 

Beberapa pertanda yang populer contohnya adalah peperangan. Tapi kalau manusia sadar dan mulai berdamai, apakah berarti ketetapan TUHAN SEMESTA ALAM  batal? Perihal Dajjal, apabila muncul seseorang dikampung anda dengan ciri demikian, bukankah segera anda bunuh kemudian ketetapan Elohim batal? Atau pastikah bangsa Ya’juj dan Ma’juj akan muncul dengan wujud dan perangai seperti yang kita bayangkan, berbadan besar, dan bertempur secara fisik? Dan terakhir apakah anda akan percaya begitu saja bila kemudian ada orang mengaku sebagai Isa Almasih, padahal mungkin saja itu benar utusan Allah SWT?

Bayangkan bila ternyata skenario kiamat adalah dengan munculnya Legiun Pasukan Virus Corona. Dengan cepat, tepat, dan senyap covid19 membantai peradaban manusia. Hingga tersisa manusia dalam jumlah sedikit dan kebetulan mereka adalah orang yang kurang cerdas, cekatan, dan kuat. Lalu mereka akhirnya saling membunuh karena saling mencurigai.

Kiamat adalah rahasia terbesar dan terakhir bagi umat manusia yang meyakininya. Rahasia yang hanya milik Sang Hyang Kersa. Kalau rahasia, apa mungkin hal itu di wahyukan berulang pada beberapa Nabi? Tapi kalau begitu, apakah nubuat kitab suci tidak terbukti? Sampai di titik ini saya membentur Asmaul Husna, yaitu Hyang Tunggal Maha Paradoks. Maha kontradiksi. Maha melebarkan, juga maha menyempitkan. Maha mengampuni, namun maha menyiksa.

Setelah jauh pikiran saya berkelana, tanpa di sadari ternyata saya kembali ke titik awal saya melangkah tadi, yaitu saat saya mendengar khotbah tarawih berbahasa sunda. Dan yang sanggup saya tangkap adalah, "yang penting kita sudah di ingatkan." lantas? Bagaimana selanjutnya? Lebih baik saya akhiri imajinasi saya yang seolah hendak menggapai angan-angan San Alfa-Omega. 

SADARLAH! SAYA HANYA BERMAIN ANALOGI! Jangan terlalu dipikir serius, cukup renungkanlah tiap anda bersujud pada Hyang Tunggal di sepertiga malam. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun