Mohon tunggu...
Josua Gesima
Josua Gesima Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S2

Seorang yang berkecimpung dalam Teologi, Filsafat, Ekonomi, Ekologi, dll.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hipotesis Filsafat Hantu? (2)

18 November 2022   05:09 Diperbarui: 18 November 2022   05:13 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Hipotesis Hantu

Pembicaraan mengenai hipotesis hantu berlandaskan pada kesimpulan para kosmolog atas data agihan materi-energi skala besar tentang isi alam semesta yang sudah diketahui. Menurut kesimpulan tersebut, alam semesta berisi: 5% materi-energi konvensional yang diketahui dan dapat diamati melalui berbagai panjang gelombang. 

Contohnya, bintang, planet, galaksi, gunung, lautan, bangunan-bangunan di berbagai kota di dunia, makhluk hidup;  23% materi gelap dingin (cold dark matter) alias dugaan-dugaan yang dapat diprediksi dan mulai mendapat topangan bukti pendukung meski wujud konkretnya masih belum diketahui; dan 72% energi gelap (dark energy). Energi gelap di sini mengacu pada materi yang tidak teramati namun dirasakan efeknya. 

Dengan kata lain, kata gelap mengacu pada "misteri". Supelli memandang hipotesis energi gelap seperti hantu sebab apabila disingkirkan, kita belum punya konsep lain untuk menjelaskan gejala teramati. Namun, jika diterima, tak seorang pun tau wujud rupanya (Supelli dkk 2011, 29-30).

Karl Popper menyebut energi gelap sebagai hipotesis ad hoc yang ditambahkan demi menyelamatkan teori. Konkretnya, hipotesis gelap diperlukan agar model big bang tidak retak dan agar hukum-hukum fisika yang ada dapat tetap diberlakukan tanpa perlu dimodifikasi. Cara menyelamatkan teori ini disebut Popper sebagai "convensionalits stratagem". 

Lalu, mengapa teori itu perlu diselamatkan? Sebab ilmuwan perlu mempertahankan teori secara konservatif. Namun, bukan tidak beralasan, mereka konservatif sejauh teori itu konsisten pada tataran empiris-logis. Konsistensi inilah yang menghasilkan situasi yang memadai secara empiris (empirical adequacy) dan secara logis menghasilkan koherensi internal menyangkut landasan teoretisnya. 

Alasan ini kemudian mendorong Einstein untuk berpendapat bahwa "jika satu saja kesimpulannya terbukti salah, (teori) harus menyerah; sebab tidak mungkin memodifikasi tanpa menghancurkan seluruh struktur teori" (Supelli dkk 2011, 30-1). Dengan demikian, bagaimanapun, energi gelap harus diterima karena dibutuhkan dalam penelitian empiris lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun