Demakijo, 31 Januari 2025 -- Joshua Dave Mark Silitonga, mahasiswa kuliah kerja nyata (KKN) dari Universitas Negeri Diponegoro menghadirkan inovasi terbaru dalam sektor pertanian dengan mengembangkan "Alat Pengukur Kelembapan Tanah Berbasis IoT." Teknologi ini bertujuan membantu petani dalam mengecek kondisi tanah sebelum menanam, sehingga mereka dapat mengoptimalkan waktu dan metode bercocok tanam.Â
Latar Belakang Program
Desa Demakijo memiliki potensi pertanian yang besar. Meskipun memiliki potensi pertanian yang masif, banyak petani di Desa Demakijo masih mengandalkan perkiraan manual dalam menentukan waktu tanam.
Hal ini sering kali menyebabkan ketidakseimbangan dalam kebutuhan air dan tanah, sehingga berpengaruh pada hasil panen. Dengan tantangan tersebut, Joshua berinisiatif mengenalkan alat berbasis Internet of Things (IoT) untuk membantu petani mendapatkan data kelembapan tanah secara akurat sebelum menanam.Â
Konsep Alat Pengukur Kelembapan Tanah Berbasis IOT
Alat ini menggunakan sensor kelembapan yang dapat mendeteksi kadar air dalam tanah dan mengirimkan data secara real-time di layar LCD alat. Dengan adanya fitur ini, petani dapat dengan mudah memantau kondisi tanah dan menentukan waktu penyiraman atau penanaman yang tepat. Alat ini juga dirancang dengan daya rendah sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu lama tanpa memerlukan banyak perawatan.Â
Pelaksanaan ProgramÂ
Dalam penerapannya, Joshua melakukan sosialisasi para petani mengenai cara kerja alat ini. Demonstrasi  berlangsung di lahan pertanian dengan menunjukkan bagaimana alat membaca kelembapan tanah dan menampilkan data pada layar LCD alat. Petani diajarkan cara membaca hasil pengukuran dan bagaimana menyesuaikan strategi pertanian mereka berdasarkan data tersebut.Â
Dengan adanya sistem ini, petani dapat menghindari risiko gagal panen akibat tanah yang terlalu kering atau terlalu basah, sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian.Â
Dampak dan Harapan Ke Depan
Teknologi ini membantu menghemat air, meningkatkan hasil panen, dan mengurangi risiko kerugian akibat faktor kelembapan yang tidak sesuai. Joshua berharap alat ini dapat terus dikembangkan dan digunakan oleh petani di berbagai daerah.Â