Mohon tunggu...
Josephine Joy
Josephine Joy Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran

our so-called modern education system sucks. opinions are cheap. hard work is overrated. luckily, I read.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesan Baudrillard untuk Kita Semua

2 Mei 2020   21:55 Diperbarui: 2 Mei 2020   22:18 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di zaman yang modern ini, konsumsilah yang menentukan kaya tidaknya seseorang. Orang yang makan tiga kali sehari di daerah Senopati, orang yang menggunakan mobil Tesla dengan auto-pilot dan memiliki iPhone 11, serta orang yang membeli baju oblong seharga sepuluh juta merupakan orang-orang yang kaya. 

Orang yang selera musiknya dangdut akan dianggap rendah atau "kampungan" atau "orang desa" dibandingkan orang yang menyukai musik komersil dari artis barat yang terkenal, hal ini menyebabkan terjadi sebuah distingsi akibat pilihan selera. 

Membeli mobil merk Pajero terbaru hanya untuk pergi ke mall alias keluar masuk parkiran, padahal jelas lebih berguna jika mobil tersebut digunakan dalam pekerjaan proyek lapangan. 

Manfaat, fungsi, dan nilai guna sesuatu bukan lagi yang paling penting. Masyarakat lebih terpaku dengan mengonsumsi simbol ketimbang nilai gunanya. Orientasi konsumsi yang semula "kebutuhan hidup" beralih ke "gaya hidup". Maka sebenarnya Baudrillard mengatakan: Anda mau menjadi kaya? Gampang, cukup konsumsi saja barang-barang yang harganya selangit dan jangan lupa pamerkan.

Kedua, apakah kita semua tertelan simulakra? Baudrillard menyatakan bahwa Simulakra adalah konstruksi pikiran imajiner terhadap sebuah realitas, tanpa menghadirkan realitas itu sendiri secara esensial. Simulakra bisa mengubah sesuatu yang abstrak menjadi konkret dan yang konkret menjadi abstrak. 

Simulakra dimaksudkan untuk mengontrol manusia dengan cara menjebak manusia untuk percaya bahwa simulasi itu nyata dan membuat manusia tergantung sehingga tidak lagi bisa hidup tanpanya.

Bisakah kita bahagia tanpa ada simulasi yang diberi oleh gadget, televisi, dan internet? Oleh karena itu, tantangan kita yang hidup di zaman ini adalah mengedukasi diri untuk tidak tertelan dalam simulakra.

Ketiga, simulakra memiliki ciri yakni hiperealitas. Hiperealitas bersifat melampaui kenyataan dan disebut Braudillard sebagai "kebohongan" yang dibawa oleh simulakra. 

Hiperealitas biasanya menjadi jurus perusahaan yang ingin mengiklankan produknya. Dengan meminum susu kental manis rutin, anak pasti bisa tumbuh tinggi dan memiliki tulang yang kuat. 

Kita dengan mudah mempercayainya tanpa melihat bahan baku pembuatan produk tersebut. Iklan rokok selalu menyuguhkan gambaran pria yang kuat dan tangguh, seakan-akan dengan merokok, pria akan terlihat seperti itu. Sayangnya, begitu banyak pria yang percaya dengan iklan dan kemudian menyakitkan kesehatan diri sendiri. 

Selain itu, ada satu hal yang menjadi rumah bagi hiperealitas, yakni media sosial. Kini, siapapun bisa pergi ke restoran mahal untuk sekadar untuk mengambil foto makanan sehingga dapat diupload di Instagram. Dengan begitu, orang-orang akan menganggapnya sebagai orang kelas "atas", padahal realitanya berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun